Kamis, 15 Desember 2011

BALAP SEPEDA



SURVEI KOMPONEN KONDISI FISIK KEKUATAN OTOT TUNGKAI, DAYA TAHAN OTOT TUNGKAI DAN POWER OTOT TUNGKAI PADA ATLET BALAP SEPEDA PENGCAB ISSI KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :
Wahyu Ari Wibowo
6250406021


JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah
Bersepeda adalah sebuah kegiatan rekreasi atau olahraga, serta merupakan salah satu moda transportasi darat yang menggunakan sepeda. Banyak penggemar bersepeda yang melakukan kegiatan tersebut di berbagai macam medan, misalnya bukit-bukit, medan yang terjal. Tidak hanya sekedar untuk bersepeda saja sepeda juga pada sekarang ini sudah popular dilombakan pada berbagai ajang seperti : SEA Games, Olimpiade, Kejuaraan Nasional dan Kejuaraan Daerah. Sehingga untuk dapat sampai pada event diatas maka salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kondisi fisik.
Kondisi fisik merupakan satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai keperluan dasar yang tidak dapat di tunda atau ditawar-tawar lagi (M. Sajoto, 1995 : 8). Dengan kondisi fisik yang baik akan memungkinkan dilakukan teknik yang baik dan sempurna, serta dapat meningkatkan kualitas bermain khususnya dalam olahraga balap sepeda.
Peningkatan kondisi fisik harus dikembangkan oleh semua komponen yang ada, walaupun dalam pelaksanaannya perlu terdapat prioritas untuk menentukan komponen mana yang perlu mendapat porsi latihan lebih besar sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuni. Komponen-komponen kondisi fisik secara umum menurut (M. Sajoto, 1995 : 8) terdiri dari 10 komponen, antara lain : kekuatan (strength), daya tahan (endurance), daya otot (muscular power), kecepatan (speed), daya lentur (flexibility), kelincahan (agility), koordinasi (coordination), keseimbangan (balance), ketepatan (accuracy), dan reaksi (reaction).
Kondisi fisik atlet adalah peranan yang sangat penting dalam program latihan. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis yang ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang baik. Dengan kondisi fisik yang baik maka : 1) Akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi kerja jantung, 2) Akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen kondisi fisik, 3) Akan ada gerakan yang lebih baik pada waktu latihan, 4) Akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, 5) Akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan (Harsono, 1988 : 153).
Kekuatan adalah kemampuan mempergunakan otot dalam menerima beban sewaktu kerja dalam waktu tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8). Kekuatan otot tungkai merupakan salah satu komponen fisik yang dibutuhkan dalam balap sepeda, karena tanpa adanya kekuatan otot tungkai yang baik, maka seorang pembalap tidak dapat melakukan kayuhan yang maksimal.
Komponen fisik lainnya yang dibutuhkan yaitu daya tahan (endurance) yang terbagi menjadi 2 macam yaitu daya tahan umum dan daya tahan otot. Daya tahan dimaksud disini adalah daya tahan otot yaitu kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8).
Daya tahan otot tungkai sangat berperan saat kita menjalani suatu pertandingan yang panjang sehingga kita masih dapat melakukan mengayuh sepeda dengan stabil tanpa sesuatu kelelahan yang berarti selama pertandingan.
Komponen kondisi fisik lain adalah power, karena sangat dibutuhkan dalam olahraga balap sepeda. Power adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang sependek-pendeknya (M. Sajoto, 1995 :8), dapat dinyatakan bahwa power merupakan gabungan dari kekuatan dan kecepatan.
Power otot tungkai sangat diperlukan pada saat start dimulai dan mengayuh sepeda dengan power maksimal dan power harus dipertahankan sampai finish, hal ini hampir sama dengan lari sprint.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengandalkan penelitian dengan judul “ Survei Komponen Kondisi Fisik Kekuatan Otot Tungkai, Daya Tahan Otot Tungkai dan Power Otot Tungkai pada Atlet Balap Sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas Tahun 2011”.

Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) pada atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui kemampuan kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) pada atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.
Penegasan Istilah
Survei
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:88) survei merupakan cara mengumpulkan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau jangka waktu) yang bersamaan.
Pada penelitian ini survei diartikan sebagai alat atau metode dalam memperoleh data dengan melakukan teknik tes dan pengukuran.
Komponen
Komponen adalah bagian dari keseluruhan (Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, 1995 : 516). Komponen yang dimaksud disini adalah bagian dari keseluruhan kondisi fisik.
Kondisi fisik
Kondisi fisik adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Artinya bahwa di dalam usaha peningkatan kondisi fisik, maka seluruh komponen tersebut harus dikembangkan, walaupun di sana sini dilakukan dengan system prioritas sesuai keadaan atau status tiap komponen itu dan untuk keperluan apa keadaan atau status yang dibutuhkan tersebut (M. Sajoto, 1995 : 8).
Kondisi fisik adalah satu kesatuan komponen fisik yang dimiliki seseorang. Kondisi fisik merupakan prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang atlet di dalam meningkatkan dan mengembangkan prestasi olahraga yang optimal, sehingga segenap kondisi fisiknya harus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga (Eri Pratiknyo, 2000 : 1).
Kekuatan Otot Tungkai
Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995 : 8).
Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.
Jadi yang dimaksud dengan kekuatan otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan sekelompok otot-otot tungkai (pangkal paha ke bawah) dalam mengayuh sepeda.
Daya Tahan Otot Tungkai
Daya tahan otot (local endurance) adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan ototnya berkontraksi secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu (M. Sajoto, 1995 : 8).
Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.
Jadi yang dimaksud dengan daya tahan otot tungkai di sini adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sekelompok otot tungkainya untuk berkontraksi secara terus-menerus dengan beban tertentu dan dalam waktu yang relatif lama.
Power Otot Tungkai
Power otot adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu sependek-pendeknya. Dalam hal ini, dapat dinyatakan bahwa power = kekuatan (force) X kecepatan (velocity) (M. Sajoto, 1995 : 8). Sedangkan menurut Eri Pratiknyo (2001:3) power adalah kemampuan otot seseorang untuk melakukan suatu kerja dengan kekuatan maksimal dalam waktu secepat-cepatnya.
Istilah tungkai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai anggota badan yang menopang bagian tubuh dan dipakai untuk berjalan dari pangkal bawah yang mempunyai kemampuan khusus untuk berkontrkasi.
Jadi yang dimaksud power otot tungkai dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan sekelompok otot tungkai untuk menghasilkan kekuatan yang maksimal pada waktu mengayuh sepeda dengan waktu sependek-pendeknya untuk menghasilkan suatu gerakan yang utuh.
Balap Sepeda
Road bike atau orang mengenalnya dengan sepeda balap menjadi gambaran kemajuan teknologi sepeda sejak pertama kali diciptakan pada tahun 1818. Balap sepeda menjadi olah raga bergengsi hingga sampai saat ini. Seperti halnya balap motor balap Sepeda menjadi gengsi tersendiri bagi produsen sepeda. Salah satu event balap sepeda legendaris adalah Balap Sepeda Tour de France yang berlangsung sejak tahun 1903. Tour de France bukanlah event balap sepeda yang pertama kali di gelar. Seperti di kutip dari situs : www.zonasepeda.com, sejarah panjang balap sepeda yang tercatat diawali ketika 31 Mei tahun 1868 berlangsung lomba balap sepeda di kota Parc de Saint Cloud, Paris. Jarak tempuh dalam lomba itu sejauh 1.2 km. Lomba tersebut dimenangkan pembalap asal Inggris, James More. Sepeda yang digunakan merupakan sepeda kayu. Sekitar 28 tahun kemudian atau tahun 1896, sepeda untuk pertama kalinya masuk dalam pesta olahraga terbesar di dunia Olimpiade. Semakin populernya balap sepeda membuat produsen terus melakukan inovasi menciptakan sepeda balap . Kompetisi adu cepat menggunakan sepeda semakin menemukan daya tariknya dengan dibangunnya lintasan khusus sepeda dalam stadion atau velodrome . Di Indonesia balap sepeda sudah dikenal saat masa penjajahan Belanda. Sumber: http://id.shvoong.com/humanities/history/2205097-sejarah-balap sepeda/#ixzz1bgVcYWUs
Manfaat Penelitian
Manfaat bagi pelatih atau guru adalah sebagai bahan referensi dan media informasi tentang manfaat serta kegunaan tes kondisi fisik.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih balap sepeda Kabupaten Banyumas dalam menyusun program latihan fisik selanjutnya.










BAB II
LANDASAN TEORI

Landasan Teori
2,1,1 Sejarah Balap Sepeda
Balap sepeda sebagai suatu olahraga telah dikenal lebih dari seratus tahun yang lalu. Hari kelahirannya secara tepat bisa dikatakan 31 Mei 1868, ketika lomba velocipede pertama diorganisir oleh Oliver bersaudara, manager pabrik Michaux, yang pertama kali mengenalkan pedal pada poros roda depan sepeda. Lomba tersebut diselenggarakan di St Cloud Park dekat kota Paris, yang dimenangkan oleh James Moore. Pada hari-hari selanjutnya, sesuai dengan rekor yang dicapai, balap sepeda yang pertama di Inggris dilakukan di Henden, Middlesex.
James Moore sendiri, untuk kedua kalinya mendapatkan kemenangan pada waktu lomba grandbi, atau boneshaker, yang diameter roda depannya lebih besar dari roda belakang, dari satu kota ke kota lainnya, 135 kilometer (84 mil) dari Paris ke Rouen. Pada tahun 1868 itu juga, majalah sepeda yang pertama Velocipede terbit di Paris dan tahun-tahun berikutnya makin sempurna sehingga namanya menjadi Le Velocipede Illustre.
Dalam dua dekade kemudian, tahun 1888, ban angin untuk sepeda berhasil ditemukan sehingga pengendaranya menjadi lebih nyaman, stabil sehingga mempopulerkan nama sepeda itu sendiri.
Kepopuleran grand bi semakin lama semakin surut, walaupun telah berevolusi ke dalam roda kawat yang manis. Kendaraan tersebut dianggap berbahaya karena tidak stabil, dan memerlukan keahlian akrobat untuk mengendarai. Tahun 1880 dan seterusnya sepeda yang didorong roda belakang memakai transmisi rantai dari pedal di antara roda, yang diproduksi dan laku keras di Inggris, mesin baru tersebut dinamakan “aman” karena lebih stabil dari grand bi. Pada tahun 1891 lomba sepeda pertama dengan ban angin diadakan. Dari Bordeaux ke Paris (580 km, 360 mil), yang dicadangkan untuk kejuaraan amatir Inggris dan dimenangkan oleh G. Mills. Kemudian pada tahun yang sama diadakan lomba dari Paris ke Brest dan kembali ke Paris (1.200 km, 750 mil) dimenangkan oleh seorang warga Perancis, Charles Terront, dalam 72 jam 22 menit.
Balap sepeda merupakan olahraga terkendali, dan juaranya secara luas dikenal sebagai bintang baseball sampai sekarang. Pada tahun itu juga, terjadi lomba sepeda yang berlangsung 6 hari berturut-turut di Old Madison Square Garden, New York yang dimenangkan oleh Charles “Mile a Minute” Murphy/Miller, yang menempuh jarak 3.368 km (2.093 mil) selama enam hari. Ia mendapatkan julukan itu pada tahun 1899 ketika mengendarai sepeda dalam jarak satu mil namun ditempuh dalam 574/5 detik di belakang sebuah kereta. Bukan hanya sepeda grand bi yang dikendarai tetapi orang yang sama telah mengikuti seluruh seluruh lomba suatu usaha kemanusiaan yang nyata. Pada tahun 1894 lomba senam hari diubah menjadi event team (relay tipe Amerika).
Pada zaman modern, kontes klasik dimulai Tour de France (1903) atas inspirasi dari Henri Desgrange, manajer L’auto pelopor sport harian L’Equipe, dan perlombaan antar kota seperti Paris Robaix, Paris-Tours, dan Mian San Remo.
Perlombaan dalam tingkatan tersebut Tour de France menempuh berbagai jarak yang bervariasi antara 4000 sampai 4800 km (2.500 mil), terdiri dari jalan raya, jalan desa, pegunungan diseluruh Perancis maupun kelima Negara tetangganya. Tour yang berlangsung tiga minggu juga melewati 800 komuniti, dengan start dan finish berlangsung di Paris, jumlah etape yang harus dilalui sebanyak 25 buah, setiap etape harus ada seorang pemenang, juara seluruh etape tersebut diakui sebagai juara dunia. Eddy Merckx dari Belgia dan Jacques dari Perancis pernah memenangkan pertandingan sampai lima kali (1857, 1961-1964).
Nama-nama yang sempat dicatat ialah M. Carin (Perancis), pemenang pertama Tour de France tahun 1903; P. Thys (Belgia) yang memenangkan even tersebut tiga kali (1913, 1914, 1920); dan Fausto Coppi (Itali), yang memenangkan Tour de France dua kali (1949, 1952) serta Tour of Itali lima kali (1940, 1947, 1952, 1953. Coppi juiga juara dunia dalam tour dalam lomba track, dan untuk jangka waktu yang lama ia memenangkan rekor jarak satu jam. Louison Bobet dari Perancis memiliki tiga piala kemenangan dalam Tour de France (1953, 1954, 1955).
Namun tidak diragukan lagi bahwa prestasi terbesar masih dipegang oleh Coppi dari Italia, yang meninggal mendadak tahun 1960. Ia mahir dalam berbagai bidang; lomba pursuit track, lomba tour, dan lomba menghadapi jam (seorang pembalap pada suatu ketika melakukan event dan dijadikan jam). Marckx, yang mengambil alih tempat Coppi sebagai figur yang popular, juga merajai jalanan. Ia memenangkan seluruh lomba klasik hanya dalam waktu tiga tahun Tour de France, Tour of Italy, Paris Roubaix, dan lain-lain.
Pelaku track terkemuka yang lainnya yang berhasil menempuh waktu 60 menit termasuk jurnalis Perancis Henri Desgrange, pemegang rekor satu jam yang pertama (35.325 km/21,95 mil) pada tahun 1893; warga Amerika WW Hamilton, orang pertama yang melebihi jarak 40 km (40.781/25.346 mil) tahun 1898; G. Olmo dari Itali, 45 km lebih (45.090/28.02 mil) pada tahun 1935; dan Ole Ritter dari Denmark (48,65 km = 30,24 mil) pada tanggal 16 Oktober 1968 di Mexico City. Sprinter terkenal (pembalap cepat) juga pantas disebutkan yaitu : Dane T. Ellegaard juara dunia enam kali dari tahun 1901 sampai 1911, warga Amerika Frank Kamer yang mempertahankan gelar dari tahun 1901 sampai 1916 dan menang lagi pada tahun 1918 serta 1922, warga Belgia J. Scherens juara dunia tujuh kali, Antonio Maspes juara dunia delapan kali. Kecepatan tertinggi yang diraih pada balap sepeda adalah 204,73 kph (127,243 mph = menit per jam), oleh Jose Meiffet (Perancis), 16 Juli 1962 dari Freiburg dibelakang sebuah mobil.
Lomba internasional yang utama lainnya terdiri dari Girod Italia yang berlangsung tiga minggu 1903, the Vuelta a Espagma (1905). Milan San Remo, Tour du St. Laurent (Kanada) Quebecto Montreal 170 km yang diseponsori oleh La Presse, surat kabar berbahasa Perancis yang terbit di Montreal, Tour of Mexico, Tour of Egypt, Tour of Tunisia, lomba masa depan (Perancis), dipersiapkan untuk amatir; dan lomba perdamaian (Czechoslovakia, Polandia, Jerman Timur), juga untuk amatir. Lomba amatir terkemuka lainnya adalah tour of Somerville (N.J) 50 mil; Eastern Seaboard Championship (kejuaraan di Yonkers, N.Y); Grand Prix of Long Island the Chicago to Eigin lll); Tour of Kettering (Ohio); dan Tour Alpenrose (Portland, Oregon).
Organisasi dan pengembangannya olahraga sepeda awalnya lahir di Perancis, kemudian menyebar dengan cepat ke Negara Italia, Belgia, Spanyol, Swiss, Jerman, Inggris, Nederland, kemudian menyeberang ke Australia dan Amerika Serikat.
Balap sepeda merupakan olahraga perguruan tinggi yang penting di Amerika Serikat antara tahun 1875 dan 1902. Olahraga ini juga dihidupkan University Yale dengan terbentuknya klub sepeda di New Heaven, Connecticut tahun 1959. Mereka bertanding antar perguruan tinggi untuk menentukan tim nasional dan juara perorangan dalam lomba road dan sprint.
Amerika Serikat, Swiss, Perancis, Belgia menjadi anggota utama dari Union Cycliste Internationale (UCI) yang didirikan tahun 1900, UCI menentukan peraturan dan standar untuk peserta, memeriksa rekor kecepatan dan mengontrol iven amatir serta professional. Kejuaraan dunia diselenggarakan setiap tahun, biasanya dipusatkan di Eropa. Pemenang ditentukan dalam 14 kategori, termasuk tiga untuk wanita. Anggota UCI berjumlah 70 negara. UCI menyelenggarakan balap sprint dan pursuit serta balap tandem (sepeda dengan dua sadel).
Union Cycliste Internationale juga mengatur kompetisi dalam pertandingan Olympiade, kejuaraan nasional dikontrol oleh berbagai federasi nasional. Semua kontes sepeda diorganisir oleh perusahaan atau promoter pribadi. Seringkali mereka dibiayai oleh press dan banyak promoter menjadi anggota Association Internationale des Organisateurs de Courses Cyclistes International Association of Organizers of Cicle Competitions.
Tahun 1965 dua organisasi yang lain didirikan yaitu : The Federation Internationale du Cyclisme Professionnel dan Federation Internationale Amateur de Cyclisme. Pemisahan amatir dengan profesionalisme dilakukan oleh International Olympic Committee sehingga balap sepeda tetap dilaksanakan dalam pesta Olimpiade. Lebih dari 100 negara telah bergabung dengan federasi amatir tersebut. Hanya sekitar sepuluh, kebanyakan di Eropa Barat, bergabung dengan federasi profesional. Negara-negara Eropa Timur tidak mengatur profesioanlisme dalam berbagai olahraga sehingga tidak bergabung.
Balap sepeda telah diikutsertakan dalam pesta Olimpiade sejak munculnya di Atena tahun 1896. Kontes sepeda amatir lainnya berlangsung pada Pan American Games British and Commonwealth Games, Asian Games, dan Maccabiah Games.
Kompetisi federasi nasional di setiap Negara mengorganisir kompetisi sepeda, sesuai dengan peraturan internasional. Kebanyakan menentukan pemisahan kontes untuk pria dan wanita. Secara luas dipakai kategori umur dalam permainan amatir untuk senior (diatas 20 tahun), yunior (12 sampai 13 tahun). Kompetisi biasanya digolongkan sebagai balap road, balap track, atau balap kota atau tim sirkuit, balap individu atau tim terhadap jam, dan balap stage (mengendarai di atas pangkaian selama beberapa hari) seperti tour klasik track event meliputi sprint, atau balap cepat, diselenggarakan pada permukaan oval dan simetris dengan dua bagian khusus, termasuk balap sprint tandem dan perorangan, balap pursuit ; balap jarak menengah dibelakang sebuah sepeda motor; dan time trial (1000 meter berlawanan dengan jam). Balap cycle cross atau cross-country biasanya melewati tanah lapang yang tidak rata, selokan, jeram dan juga rintangan atau halangan air lainnya sehingga memaksa pembalap untuk berjalan dan memanggul sepeda.
Kejuaraan sepeda dunia diorganisir setiap tahun untuk amatir sebaik professional. Event Olympic, terbatas untuk amatir, mencakup balap “road” perorangan dan balap tim 100 km (62 mil), balap “pursuit” tim 4.000 meter, time trial 1000 meter, pertandingan sprint 1.000 meter (atau sprint scratch), dan balap tandem 2.000 meter. Kejuaraan dunia cyclo cros juga diorganisir setiap tahun (20 sampai 24 km = 12 sampai 15 mil).
Perlengkapan untuk sepeda ada berbagai macam gaya dan ukuran sepeda. Salah satu yang tepat untuk perorangan tergantung pada ukuran, kekuatan fisik dan sasaran. Terdapat lima tipe dasar, masing-masing dirancang dan direkayasa untuk menjalankan salah satu fungsi yang lebih baik daripada lainnya.
Sepeda balap track dibuat untuk kecepatan. Seluruhnya cocok digabungkan dengan kekuatan terbesar dengan berat yang cocok pula. Beratnya antara 17 sampai 20 pon dan mempunyai poros gir tunggal serta tidak memakai rem, jika hendak berhenti hanya memakai pedal belakang dan memakai atau menggunakan tangan di depan ban (RM. Ismunandar, 1996 : 43-49).
Semenjak diciptakan tahun 1817, sepeda menjadi alat transportasi. Pada awalnya, roda depan sepeda berukuran lebih besar daripada roda di bagian belakang. Oleh karena itu posisi rider sedikit terangkat dan hal itu sangatlah berbahaya karena sepeda menjadi sulit untuk dikendalikan. Pada tahun 1885, J.K. Starley dari Inggris melengkapi sepedanya dengan rantai dan gerigi yang memungkinkan kedua roda untuk berukuran sama. Meskipun lomba balap sepeda sudah diadakan sejak lama tetapi penciptaan sepeda–sepeda baru memacu pengadaan lomba balap sepeda sebagai olahraga.
Cabang bersepeda dalam ajang Olimpiade terdiri dari empat kelas : 1) Road (jalan), 2) Track, 3) Mountain Biking (sepeda gunung), dan 4) BMX.
1) Sepeda BMX
Bicycle Motocross ( BMX ) dimulai pada akhir tahun 60an di California, bersamaan saat olahraga Motocross mulai populer di Amerika. Versi motor ini menjadi inspirasi untuk versi tenaga manusia. Anak–anak dan remaja yang mempunyai semangat tetapi tidak mempunyai sarana untuk berpartisipasi dalam ajang motocross, akhirnya megadakan perlombaan balap sepeda untuk kalangan mereka dengan merancang rintangan serta sepeda mereka sendiri.
Mereka bahkan melengkapi diri dengan kostum dan alat-alat pelindung seperti yang digunakan oleh para pembalap motocross. Dapat terlihat dengan jelas alasannya kenapa olahraga ini menjadi populer dengan cepat, khususnya di California. Pada awal tahun 70an, sebuah perkumpulan BMX pun didirikan di Amerika.Hal ini resmi dianggap sebagai awal mula dari balap BMX. Seiring berjalannya waktu, olahraga ini pun akhirnya menyebar ke segala penjuru dunia, khususnya di Eropa pada tahun 1978.
Pada bulan April 1981, Federasi Internasional BMX didirikan dan Kejuaraan pertama pun dilaksanakan pada tahun 1982. BMX dengan cepat berkembang sebagai olahraga yang unik dan setelah beberapa tahun, peraturan–peraturan yang ada makin terlihat kesamaannya dengan olahraga bersepeda dari pada dengan motocross.
Sejak Januari 1993, BMX sepenuhnya bergabung dengan International Cycling Union (UCI). Pada tanggal 29 Juni 2003, Intenational Olympic Committee (IOC) memutuskan untuk mengikut sertakan BMX pada Olimpiade Beijing 2008 di Cina.
Perlombaan BMX diadakan di sirkuit seluas 350 meter yang di dalamnya terdapat banyak halangan dan rintangan. Delapan pembalap akan berlomba dengan empat pembalap teratas akan secara otomatis masuk ke babak selanjutnya ( babak penyisihan, perempat final, semi final dan final ). Kelas yang dipertandingkan yaitu perorangan putra dan perorangan putri.
2) Road
Seorang Pandai besi dari Skotlandia, Kirkpatrick MacMillan menambahkan pedal dan mekanisme pengungkit untuk mempermudah rider dalam mengendarai sepeda. Sebelumnya, rider sepeda harus mendorong sepeda mereka dengan kaki. Hal tersebut dinilai kurang efektif untuk dilombakan. Pada tahun 1880, sepeda kembali mengalami perkembangan dengan dikembangkannya sistem rantai dan gerigi. Dengan demikian, bentuknya pun semakin ramping, seperti bentuk sepeda sekarang. Pada saat itu, atlet dan perancang sepeda berlomba–lomba untuk membuat sepeda yang bisa berjalan lebih cepat lagi.
Pada Olimpiade pertama tahun 1896, untuk kelas Road Race diadakan di jalur maraton. Para rider harus menyelesaikan dua lap dengan total 87 kilometer. Satu abad kemudian barulah para wanita diperbolehkan untuk ikut berpartisipasi., yaitu tahun 1984. Dan 12 tahun kemudian, di Olimpiade ‘96 Atlanta, kelas Time Trial diperkenalkan.
Road race dan Time Trial untuk putra dan putri kini terdiri dari empat kelas yang menyusun program Road Race Olimpiade. Road Race dimulai dengan start massal. Jarak lari untuk putra sejauh 239 km dan untuk Putri sejauh 120 km. Untuk Time Trial, lamanya dihitung berdasarkan waktu, dimulai dengan 90 detik interval. Jaraknya sendiri untuk putra mencapai 46,8 km dan untuk putrid 31,2 km.
Untuk kelas yang dipertandingkan yaitu untuk Putra: 1) Road Race Perorangan, 2) Time Trial Perorangan dan untuk Putri: 1) Road Race Perorangan, 2) Time Trial Perorangan.
3) Cycling Track
Bagi orang awam, balap sepeda (road race) dan bersepeda gunung lebih dikategorikan pada olahraga sepeda sedangkan Track Cycling tidak. Dalam Track cycling, rider hanya mengelilingi jalur dengan kemiringan hingga 42 derajat, disebut juga dengan Velodrom. Helm, pakaian dan sepeda yang digunakan sangat berbeda dengan sepeda yang digunakan untuk balap pada umumnya, penciptaan sepeda–sepeda aerodinamis pun dimulai. Sepeda-sepeda tersebut menawarkan kecepatan yang luar biasa, walaupun begitu, sepeda tersebut tidak dapat melakukan manuver tertentu sehingga akan menjadi sedikit kaku dalam balap sepeda dengan jumlah peserta yang lebih banyak atau ramai.
Olimpiade tahun 1984 di Los Angeles, teknologi pada cabang ini mulai diperkenalkan seperti: spokeless dan piringan roda carbon-fibre. Revolusi lain terjadi pada Olimpiade 1992, Barcelona, di mana Chris Boardman dari Inggris memenangkan medali emas pertama Inggris untuk cabang olahraga sepeda sejak tahun 1920. Ia memecahkan rekor dunia dengan menggunakan sepeda yang sepenuhnya terbuat dari carbon–fibre serta aerodynamic cross–sections yang beratnya tidak lebih dari sembilan kilo. Track Cycling kembali berkembang, Time Trial untuk Putri berjarak 500 meter dan untuk Putra terdapat kelas baru yaitu Keirin, Madison dan Olympic Sprint Race.
Seluruh program mencakup kelas perorangan, tim, sprint, endurance race, pursuits, time trials dan first-over-the-line finishes. Untuk time trial, sprint, individual pursuit dan points race tersedia untuk kelas putra dan putri sedangkan untuk 4000 meter team pursuit, Madison, Keirin dan Olympic sprint hanya untuk putra.
Madison, dimulai dengan start massal dan sejumlah tim yang terdiri dari dua rider. Serupa dengan point race untuk tim, dengan diberikannya nilai kepada pengedara yang berhasil menyelesaikan lomba. Saat lomba, hanya satu rider saja yang berada pada jalur, berkeliling sejumlah lap baru kemudian bertukar posisi dengan rider setimnya.
Keirin, jarak yang harus ditempuh 2000 meter. Pada awal lomba, para rider berjalan dibelakang sebuah motor yang akan berjalan sejauh 1400 meter. Kemudian motor tersebut akan menepi, pada saat itu juga para rider akan melakukan sprint hingga garis akhir. Pada awalnya Keirin lebih banyak dilakukan secara tradisional di Jepang. Di sana, olahraga tersebut telah dilakukan secara profesional selama 20 tahun.
Olympic Sprint merupakan olahraga tim sprint. Masing–masing tim terdiri dari tiga rider. Dua tim akan saling berhadapan, dimulai dari arah yang berlawanan dengan tujuan adalah menangkap tim lawan atau menyelesaikan tiga putaran tercepat. Setiap rider harus memimpin tim mereka masing–masing satu putaran. Untuk kelas yang dipertandingkan yaitu pada kelas Putra : 1) Pursuit Perorangan, 2) Keirin, 3) Madison, 4) Olympic Sprint, 5) Points Race, 6) Sprint Perorangan, 7) Tim Pursuit (4000m) dan pada kelas Putri : 1) Pursuit, 2) Points Race, dan 3) Sprint.
4) Mountain Bike
Mountain Biking ( MTB ) masuk program Olimpiade pertama kali pada ajang Olimpiade Atlanta, 1996. Pada saat itu, olahraganya sendiri telah berumur 40 tahun lebih. Di mulai pada tahun 1953, ketika seorang mahasiswa mengubah sepedanya dan mencoba mengendarainya di sebuah bukit. Kompetisi pertama diadakan di luar San Fransisco.
Diakuinya Mountain Biking sebagai salah satu cabang olahraga sepeda karena usaha dari Velo Club Mount Tamalpais. Mereka menciptakan lomba Repack Downhill yang diadakan secara rutin antara tahun 1976 dan 1979 dari jembatan Golden Gate hingga San Fransisco. Kompetisi tersebut pun menarik banyak rider dari segala penjuru bahkan media massa.
Oleh anak–anak muda, olahraga ini dianggap sebagai olahraga yang keren dan extrem. Pada tahun 1990, olahraga tersebut menjadi olahraga profesional lengkap dengan Kejuaraan Dunia nya.
Lebih banyak dilakukan di bukit yang sedikit terjal, bahkan terkadang pada jalur gunung namun biasanya pada jalur alam. Para rider diharuskan melakukan manuver untuk melewati pepohonan, cabang–cabang pohon, bebatuan dan bahkan sungai–sungai kecil.
Untuk Putra jarak yang harus ditempuh sejauh 40 dan 50 km. Untuk Putri sejauh 30 – 40 km. Jarak yang akan ditempuh baru akan dipastikan pada malam sebelum kompetisi, ketika para panitia memperkirakan kondisi cuaca dan waktu tercepat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan lomba, 2 jam 15 menit bagi putra dan 2 jam untuk putri. Dalam kompetisi, untuk putra harus menyelesaikan 6 hingga 7 putaran, sedangkan untuk putri 5 hingga 6 putaran. Kelas yang dipertandingkan untuk kelas putra yaitu Cross country putra dan Cross country putri.
2.2 Komponen-komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik terdiri dari beberapa komponen-komponen yang harus dilatih. Komponen-komponen kondisi fisik terdiri dari 10 komponen, antara lain :
2.3.1 Kekuatan (Strength)
Menurut M. Sajoto (1995 : 8) kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu kerja. Sedangkan menurut Harsono (1988 : 179-183), ada dua cara kerja dua otot dalam menggunakan kekuatan yaitu kekuatan dinamik dan statik. Kerja otot semacam ini disebut dengan istilah “kontraksi isotonic”, sedangkan kekuatan statik bila berkontraksi tanpa perubahan panjang otot disebut dengan “kontraksi isometric”. Kekuatan yang banyak digunakan dalam olahraga balap sepeda diantaranya; kekuatan genggam tangan, kekuatan otot lengan dan bahu, kekuatan otot punggung, dan kekuatan otot tungkai.
2.3.2 Daya Tahan (endurance)
Daya tahan (endurance) dalam hal ini dibedakan menjadi dua golongan, masing-masing adalah : “daya tahan otot setempat” adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan suatu kelompok ototnya, untuk berkontraksi terus menerus dalam waktu relative cukup lama dengan beban tertentu. Dan “daya tahan umum” adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, pernafasan dan peredaran darahnya, secara efektif dan efisien dalam menjalankan kerja terus menerus. Yang melibatkan kontraksi sejumlah otot-otot besar, dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama (M. Sajoto, 1995 : 8).
2.3.3 Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (M.Sajoto, 1995:8). Oleh karena itu seseorang yang mempunyai kecepatan tinggi dapat melakukan suatu gerakan yang singkat atau dalam waktu yang pendek setelah menerima rangsang.
2.2.4 Daya Lentur (Flexibility)
Efektivitas seseorang dalam penyesuaian diri untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas. Hal ini akan sangat mudah ditandai dengan tingkat fleksibilitas persendian pada seluruh tubuh.
Kelentukan atau flexibility adalah kemungkinan gerak maksimum yang dapat dilakukan oleh persendian. Kelentukan berkaitan dan berhubungan dengan bentuk persendian itu sendiri misalnya otot, tendon, dan ligament di sekeliling persendian (Eri Pratiknyo, 2000 : 3).
2.2.5 Kelincahan (Agility)
Kemampuan seseorang dalam merubah arah dalam posisi-posisi tertentu. Seseorang yang mampu merubah posisi ke posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan koordinasi gerak yang baik.
2.2.6 Koordinasi (Coordination)
Kemampuan seseorang mengintegrasikan bermacam-macam gerakan yang berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif.
Koordinasi adalah hubungan yang harmonis dari berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).
2.2.7 Keseimbangan (Balance)
Kemampuan seseorang mengendalikan organ-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerakan yang cepat dengan perubahan letak titik-titik berat badan yang cepat pula, baik dalam keadaan statis maupun dalam lebih dalam gerak dinamis.
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat dan benar pada saat melakukan suatu gerakan. Keseimbangan tergantung dari integrasi kerja panca indera penglihatan, kanalis simisirkularis pada telinga dan reseptor pada otot (Eri Pratiknyo, 2000 : 3).
2.2.8 Ketepatan (Accuracy)
Kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Sasaran ini dapat merupakan suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian tubuh.
2.2.9 Reaksi (Reaction)
Kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan-rangsangan yang ditimbulkan melalui indera, syaraf atau feeling lainnya.
Kecepatan reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk memberi jawaban kinetik setelah menerima rangsangan (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).
Kecepatan reaksi adalah waktu yang tersingkat yang dibutuhkan untuk member jawaban kinetik setelah menerima rangsangan. Kecepatan reaksi sangat berhubungan dengan waktu reflek, waktu gerakan dan waktu respon. Waktu reflek berbeda dengan waktu reaksi, pada reflek impuls dihantarkan dari saraf sensorik ke pusat reflek, kemudian ke saraf eferen, kemudian ke elektor dengan demikian dalam reflek tidak ada proses berfikir sama sekali. Sedangkan pada waktu reaksi ada proses berfikir. Waktu gerak adalah waktu yang dibutuhkan dari saat bergerak dilakukan sampai akhir gerak. Waktu respon adalah jumlah waktu reflek atau waktu gerak (Eri Pratiknyo, 2000 : 4).
Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah suatu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, baik peningkatan maupun pemeliharaannya (M. Sajoto, 1995 : 8).
Kondisi fisik yang baik akan mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang berupa peningkatan motivasi kerja, semangat kerja, rasa percaya diri, ketelitian dan sebagainya. Dalam hal yang lebih khusus yaitu prestasi olahraga, kondisi fisik akan sangat mempengaruhi bahkan menentukan gerak penampilan seseorang.
Kondisi fisik baik aka nada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, akan ada peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan komponen kondisi fisik lainnya, akan ada ekonomi gerak yang lebih baik pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah latihan, dan akan ada respon yang cepat dari organisme tubuh kita apabila sewaktu-waktu respon demikian diperlukan, sumber : http://www.pojokpenjas.blogspot.com/2008latihan kondisi fisik.html akses 30/07/09).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Fisik
Kondisi fisik merupakan faktor utama yang harus dimiliki oleh seorang pembalap walaupun tidak meninggalkan aspek yang lain seperti aspek teknik, taktik, dan mental. Kondisi fisik yang dimiliki seorang atlet berbeda-beda, untuk dapat memiliki, memelihara dan meningkatkan kondisi fisik dengan baik, manusia harus berusaha dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.4.1 Faktor Latihan
Latihan adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara berulang-ulang dengan penambahan beban latihan atau pekerjaan (Harsono, 1988 : 11). Latihan yang dimaksud disini yaitu latihan fisik yang harus direncanakan dan dilakukan dengan baik sehingga dapat meningkatkan lesegaran jasmani dan kemampuan biomotorik yang dibutuhkan.
Arma Abdulah dan Agus Manaji (1994 : 146-149), menjelaskan tentang faktor latihan yaitu hasil yang diperoleh dari periode kerja otot atau latihan yang teratur, banyak dan beragam. Orang yang secara teratur melakukan latihan yang disesuaikan kebutuhannya akan mencapai keadaan kesegaran jasmani yang dapat dikatakan terlatih. Orang yang membiarkan otot-otot lemah dikatakan tidak terlatih.
2.4.2 Faktor Istirahat
Menurut Djoko Pekik Irianto (2003 : 8), tubuh manusia tersusun atas organ, jaringan dan sel yang memiliki kemampuan kerja terbatas. Seseorang tidak mampu bekerja terus menerus sepanjang hari tanpa berhenti. Kelelahan adalah salah satu indikator keterbatasan fungsi tubuh manusia. Untuk itu istirahat sangat diperlukan agar tubuh memiliki kesempatan untuk pemulihan (recovery) sehingga dapat melakukan kerja atau aktivitas sehari-hari dengan nyaman.
2.4.3 Kebiasaan Hidup Sehat
Menurut Leane Suniar (2002 : 2), kebiasaan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari dijaga dengan baik, apalagi dalam kehidupan berolahraga. Dengan demikian manusia akan terhindar dari penyakit. Kebiasaan hidup sehat dapat dilakukan dengan cara; menjaga kebersihan pribadi dan lingkungan dan makanan yang hygenis dan mengandung gizi (gizi seimbang).
2.4.4 Faktor Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan tempat dimana seseorang tinggal dalam waktu yang lama. Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan lingkungan social ekonomi. Hal ini dapat dimulai dari lingkungan pergaulan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, tempat tinggal dan sebagainya. Dengan demikian manusia harus bisa mengantisipasi dan menjaga lingkungan dengan baik supaya dapat terhindar dari berbagai penyakit lingkungan (Leane Suniar, 2002 : 2).
2.4.5 Faktor Makanan dan Gizi
Menurut Leane Suniar (2002 : 1), pengaturan makanan yang tepat sesuai dengan cabang olahraga, akan menunjang penampilan. Seorang olahragawan memerlukan makanan sehari-hari yang didalamnya mengandung zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup tetapi harus diperhatikan komposisi makanannya. Pada dasarnya pengaturan gizi untuk atlet adalah sama dengan pengaturan gizi untuk masyarakat bisa yang bukan atlet, dimana perlu diperhatikan keseimbangan antara energi yang diperoleh dari makanan dan minuman dengan energi yang dibutuhkan tubuh untuk metabolisme, kerja tubuh yang menyediakan tenaga pada waktu istirahat, latihan dan pada waktu pertandingan.
Latihan Kondisi Fisik Balap Sepeda
Seorang pembalap sepeda harus memiliki kondisi fisik yang baik, melalui proses pelatihan fisik yang terprogram baik. Dengan kata lain, pembalap sepeda harus memiliki kualitas kebugaran jasmani yang prima. Hal ini akan berdampak positif pada kebugaran mental, psikis yang akhirnya berpengaruh langsung pada penampilan event. Oleh sebab itu, setiap pembalap sangat membutuhkan kualitas kekuatan, daya tahan, kecepatan, agilitas dan koordinasi yang baik. Aspek-aspek tersebut sangat dibutuhkan agar mampu mengayuh sepeda dengan baik selama pertandingan berlangsung.
Menurut Chris Carmichael dan Edmund R. Burke dalam bukunya Bugar dengan bersepeda (2003 : 47), latihan bersepeda ada beberapa macam warna zona; dari intensitas terendah sampai dengan tertinggi, yaitu zona hijau, biru, ungu, kuning, oranye dan merah. Setiap zona mewakili jenis latihan yang meminta pengendara untuk mengendarai sepeda selama jangka waktu tertentu dalam kisaran persentase tertentu dari denyut jantung maksimal.dalam setiap zona, latihan pertama adalah yang paling ringan, dan terakhir adalah yang paling berat. Zona intensitas rendah menghendaki pengendaraan sepeda dalam waktu singkat, relative mudah dan pada medan yang sebagian besar datar. Sedangkan zona intensitas tinggi memperkenalkan pendakian tanjakan, bersepeda cepat, dan latihan interval suatu cara meningkatkan kebugaran anda secara lebih cepat dengan bersepeda secara intensif dalam waktu yang singkat. Atlet dalam ruangan akan mendapatkan latihan-latihan yang berharga dengan sepeda stasioner (stationary bike), termasuk jenis sepeda yang dilengkapi dengan latihan-latihan untuk anggota tubuh bagian atas.
Setiap latihan mengandung paparan yang lengkap tentang bagaimana harus memulai, termasuk pemanasan, peregangan otot-otot, jenis medan yang harus dilalui, seberapa kuat dan sering kayuhan pedal dalam RPM (putaran per menit), jarak, dan jumlah kalori yang akan dihabiskan. Namun, hal terpenting yang terkandung dalam setiap latihan adalah persentase kecepatan denyut jantung maksimal yang perlu dipertahankan dan untuk beberapa lama kecepatan denyut tadi harus dipertahankan.
Kecepatan denyut jantung tidak lepas dari jarak tempuh, waktu yang digunakan atau muatan kerja fisik menunjukan muatan pada sistem kardiovaskuler. Artinya denyut jantung memberikan informasi fisiologis secara terpadu dan menunjukan kondisi atlet secara global dengan angka yang jelas.
Tes Kondisi Fisik
Pada dasarnya tes kondisi fisik pada suatu cabang olahraga berbeda-beda karena disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing cabang olahraga yang ditekuni.
Menurut KONI Kota Semarang (2008), macam-macam tes kemampuan kondisi fisik cabang olahraga balap sepeda adalah ; pull and push dynamometer untuk tes kekuatan otot tungkai


Penilaian Kemampuan Kondisi Fisik
Setelah dilakukan tes kondisi fisik, maka dapat diketahui status kondisi fisiknya. Kriteria penilaian yang digunakan untuk memberikan nilai-nilai dari setiap skor butir-butir, dengan kategori (1) sempurna, (2) baik sekali, (3) baik, (4) cukup, (5) kurang.













BAB III
METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari penelitian ini, maka dalam penggunaan metode penelitian harus mengarah pada tujuan penelitian dan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai kaidah yang berlaku.
Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian deskriptif dengan metode surve tes dan untuk pengumpulan data digunakan tes dan pengukuran komponen kondisi fisik.
3.1 Populasi
Seluruh penduduk yang dimaksud untuk diselidiki disebut populasi. Populasi dibatasi oleh sejumlah penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006:130).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011 yang berjumlah 8 orang. Adapun dasar penelitian mengambil populasi tersebut adalah mereka adalah atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.
3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, pengambilan sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (Suharsimi Arikunto, 2006:131). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:96). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas tahun 2011.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data juga merupakan faktor yang penting dalam suatu penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Untuk memperoleh data yang sesuai maka dalam penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik tes dan pengukuran.
Metode ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data-data mengenai kondisi fisik (kekuatan otot tungkai, daya tahan otot tungkai dan power otot tungkai) atlet balap sepeda Pengcab. ISSI Kabupaten Banyumas yahun 2011.
3.5 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti cermat, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi Arikunto, 2006:160).
Instrument dalam penelitian ini adalah tes pengukuran kekuatan otot tungkai menggunakan Leg Dynamometer, tes pengukuran daya tahan otot tungkai menggunakan Squat Jump, dan tes pengukuran power otot tungkai menggunakan Vertical Jump.
Table 1
Norma Penelitian Tes Kekuatan Otot Tungkai
Dengan menggunakan Leg Dynamometer
Kategori Putra
Sempurna
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang -
> 283
215 - 282
146 - 214
77 – 145






Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105

Tabel 2
Norma Penilaian Tes Daya Tahan Otot Tungkai
Dengan menggunakan Squat Jump
Kategori Putra
Sempurna
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang > 88
67 – 87
46 – 66
25 – 45
4 – 24
Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105

Tabel 3
Norma Penilaian Tes Power Otot Tungkai
Dengan menggunakan Vertical Jump
Kategori Putra
Sempurna
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang > 70
62 – 69
53 – 61
46 – 52
38 – 45
Sumber : Eri Pratiknyo, 2000 : 105
3.6 Metode Analisis Data
Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang sangat penting, terutama kesimpulan tentang masalah yang akan diteliti. Untuk itu apabila semua data yang diperlukan sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data dari hasil tersebut untuk memperoleh hasil kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diteliti.
Adapun teknik analisa data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu statistik deskriptif persentase karena menurut M Ali (1993:186), dijelaskan bahwa kadang-kadang pencarian persentase dimaksudkan untuk mengetahui status sesuatu yang dipersentasekan dan disajikan tetap berupa persentase, lalu ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Rumus yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
DP= n/N x 100%
Keterangan :
DP : Deskriptif persentase
n : Jumlah yang diperloeh dari data
N : Jumlah seluruh nilai jawaban ideal (maksimal)
% : Tingkat persentase yang dicapai
(M. Ali, 1985:185)
3.7 Faktor yang Mempengaruhi Penelitian
Dalam suatu penelitian ini telah diusahakan menghindari adanya kemungkinan kesalahan selama melakukan penelitian sehubungan dengan pengambilan data, maka dibawah ini dikemukakan adanya variabel yang dikendalikan meliputi beberapa faktor tersebut adalah :
3.7.1 Faktor Kesungguhan Hati
Kesungguhan hati setiap atlet dalam melakukan kegiatan penelitian tidaklah sama, sehingga mempengaruhi hasil penelitian. Untuk menghindarinya maka diupayakan agar atlet bersungguh-sungguh dalam melakukan tes dengan pelatih sebanyak dua orang.
3.7.2 Faktor Cuaca
Jika pelaksanaan tes di lapangan terbuka, maka factor cuaca sangat diperhatikan, khususnya hujan yang dapat mengganggu jalannya penelitian. Bila hal ini terjadi, maka proses terjadi maka untuk mengantisipasi keadaan tersebut dapat dipindahkan di dalam ruangan.
3.7.3 Faktor Peralatan
Faktor peralatan juga perlu diperhatikan, maka sebelum pelaksanaan tes semua peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tes harus sudah tersedia dan dapat digunakan dengan baik, sehingga pelaksanaan tes dapat berjalan dengan lancer.
3.7.4 Faktor Tenaga Penilai
Karena kegiatan dalam tes ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian yang tinggi, maka faktor penilai harus diperhatikan. Dengan penelitian ini, tenaga pembantu dalam pelaksanaan penelitian ini harus dibekali tentang cara-cara proses penilaian dan segala peraturan dalam pelaksanaan sebelum tes dilaksanakan, sehingga dalam pelaksanaan pengambilan tes berjalan dengan benar dan kesalahan dapat dikurangi sekecil mungkin.



Kamis, 14 Juli 2011

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga :

Faktor Atlit.- Umur, mempengaruhi kekuatan dan lama penyembuhan jaringan yang cidera.
- Karakteristik atlit
- Pengalaman
- Tahap latihan
- Teknik
- Pemanasan

Fasilitas Latihan dan Peralatan
- Perlengkapan latihan
- Pelindung / pengaman
- Karakteristik dari olah raga

Pembagian Cidera

Cidera akibat pengaruh dari luar (faktor ekstrinsik)
Contohnya ; tackling atau tabrakan, pukulan atau benturan, lapangan yang jelek.

Cedera akibat pengaruh dari dalam (faktor intrinsik)
Contohnya ; postur tubuh yang kurang baik, gerakan latihan yang salah, kelemahan otot, fisik yang tidak fit, prosedur keselamatan atlet yang kurang terjamin dan otot atau ligament yang berlebihan (overuse).

Pencegahan Cidera

- Menentukan kondisi kesehatan secara umum
- Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cedera
- Mendeteksi keadaan-keadaan yang membahayakan bila yang bersangkutan melakukan olah raga.

Proses Penyembuhan
Hemostasis
- Terjadinya proses perdarahan
- Bekuan darah terjadi 6 – 8 jam

Inflamasi
- Terjadinya proses peradangan
- Terdapat tanda-tanda radang, yaitu ; bengkak, kemerahan, nyeri, panas lokal, terganggunya fungsi.
- Terjadi 2 kali 24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu.

Proliferasi
- Mulai terjadi proses penyembuhan
- Terjadi 7 – 21 hari

Remodelling
- Terjadinya proses pemulihan kembali
- Terjadi sampai 18 bulan.

Proses Penanganan pada cidera olah raga
Pemeriksaan
Anamnesis (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera
Palpasi dan Inspeksi (diraba dan dilihat)
Pemeriksaan gerak dasar.- Pemeriksaan gerak pasif
- Pemeriksaan gerak aktif
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
- Diagnosis, menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.

Perencanaan, menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami
Pelaksanaan pengobatan
Evaluasi.
Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;

R: REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh
I: ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi (pendarahan) dan agar terjadi vasokonstriksi (penghentian pendarahan)
C: CROMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan.
E: ELEVATION, yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung.

Hindari HARM, yaitu
H: HEAT, peberian panas (balsem/kompres air panas) justru akan meningkatkan perdarahan
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan
R: RUNNING, atau exercise/ mencoba latihan terlalu dini akan memburuk cidera
M: MASSAGE, pemijatan tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.

Contoh Cidera Olahraga

CONTOH-CONTOH CIDERA OLAH RAGA :

1. ROBEKAN OTOT (strain) dan ROBEKAN LIGAMENT (sprain)
Tanda-tanda :
- rasa nyeri yang umum
- bengkak dan memar

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada atlet speed atau boulder .Tipe cidera ini sering terlihat pada pemanjat speed yang mengalami strain pada otot pundak. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pemanjat dalam memanjat secara penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.
Berat ringannya sprain dan strain
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera.

Strain diklasifikasikan berdasarkan berat rignannya :
- Derajat I : regangan/streching atau robekan ringan pada serabut tendon dan otot, dengan minimal. Biasanya kalau diistirahatkan secara total, 2-3 hari akan sembuh sendiri.
- Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan parsial/sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak, tetapi masih bisa menyambung.
- Derajat III : robekan serabut otot/ligament yang luas/penuh dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan sendi.

Pada prinsipnya pertolongan pertama :
- RICE
- Balut tekan (pressure bandage)
- Bantu dengan tongkat atau kruk
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap

Bagaimana mencegahnya :
- jangan lalai berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan
- jangan coba melakukan latihan terlalu banyak/cepat.
- Berlatihlah dari menu latihan yang ringan menuju bentuk latihan yang berat.
- Latihan harus terprogram dari teknik yang sederhana menuju teknik yang tinggi/susah.

2. CRAMPS
Tanda :
- nyeri otot yang sangat dan spasme
- keringat yang berlebihan
- tidak bereaksi terhadap massage atau stretching

Pertolongan :
- angkat korban ke daerah yang lebih dingin.
- Kemudian kram dihilangkan dengan massage.
- Tarik bagian otot yang cramps, misal otot kaki belakang yang kramps, maka baringkan dan tekan telapak kaki menuju ke arah depan atau pasien.

3. PATAH TULANG
Tanda :
- adanya ruda paksa
- jari tidak dapat digerakkan
- nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
- Hilangnya fungsi
- Terdapat perubahan bentuk
- Nyeri tekanan/ketok
- Gerakan-gerakan abnormal.

Pertolongan :
- atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
- berusaha tetap tenang jangan panik, bila ada pendarahan akibat luka tutup dengan kain steril.
- Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat
- Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras
- Massage/ diurut sama sekali dilarang
- Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut.

4. KESELEO (strain pergelangan kaki)
- ligamen yang putus (partial/total)
- kadang-kadang dislokasi

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Tanda :
- sakit pada sendi
- rasa putus
- fungsi menurun
- bengkak
- hematoma

Penyebab :
- trauma /gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM

Pengobatan :
- RICE
- Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menumpu berat badan
- Gips, boleh jalan setelan 21 hari
- Kompres es 3 – 4 kali sehari
- elevasi/peninggian bagian yang cedera

Sumber : sportifosi.com

Jenis-jenis Cidera

Jenis Cedera Olahraga ada 8 macam:
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
a. Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
1) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
3) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu
1) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan
bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
(b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.

c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
d. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2) Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.

Gambar 9. Patah Tulang
(Sumber: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/
1096.jpg/2008).

e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
1. otot terlalu lelah
pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.

Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki

Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.

f. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) pendarahan pada hidung
(1) penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
(2) hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung. Sekitar mata hingga pipi.
(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit.
(4) Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
b) Pendarahan pada mulut
(1) hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin.
(2) Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.
c) Pendarahan pada kulit
(1) Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.

g. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari (1) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara. (2) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat. (3) Karena jatuh dan benturan.
Menururt Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.

Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
a) Menyadarkan olahragawan
b) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
c) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.

h. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi (1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit. (2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.

Makalah Cidera Futsal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Olahraga pada saat ini adalah suatu kebutuhan yang tidak asing lagi. Keberadaannya pun dikenal setiap orang diseluruh penjuru dunia karena olahraga adalah kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Tapi untuk melakukan olahraga tidaklah akan selalu berakibat positif tetapi juga negatife. Olahraga yang terlalu berat atau mengalami kesalahan – kesalahan pada gerakan olahraga akan mengakibatkan cidera. Karena minimnya pengetahuan pada olahraga cidera pun mudah terjadi, oleh sebab itu harus diimbangi dengan pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera akibat olahraga.
Cedera Olahraga ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu berlatih, saat pertandingan maupun sesudah pertandingan. Yang berisiko cedera ialah semua struktur tubuh, meliputi : ligamen, tendon, bursa, fascia, otot, cartilago, tulang maupun sistem saraf. Adapun berdasarkan mekanisme terjadinya, cedera olahraga dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu ketidakmampuan jaringan, kontak langsung, dan overuse. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dengan derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga
Dengan adanya pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera maka cidera pun akan lebih terkurangi tingkat cideranya bahkan tidak terjadi cidera. Berhubungan dengan cidera olahraga yang sering terjadi cidera yaitu olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi dan kelelahannya pun berlebih. Contoh dari olahraga tersebut yaitu olahraga futsal.

1.2 Identifikasi Masalah
Karena olahraga footsal adalah olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi pada bagian ankle maka masalah yang timbul pada pembahasan makalah disini yaitu cidera ankle pada olahraga futsal.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu membahas tentang penyebab terjadinya cidera dan tata cara penanggulangan pertama cidera ankle pada permainan futsal.












BAB II
LANDASAN TEORI

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh 5 pemain dalam 1 timnya dimana tiap anggota tim bertujuan untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan begitunya juga sebaliknya yaitu mempertahankan gawangnya jangan sampaikemasukanbola.
Futsal merupakan cabang olahraga permainan yang telah dikenal masyarakat mulai dari usia anak-anak sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Itu semua terbukti dengan bertambah banyaknya media yang menyediakan sarana dan prasarana bermain futsal. Seperti lapangan, bola, sepatu dan lain-lain sarana dan prasarana yang di sediakan.
Dalam permainan footsal seringkali terjadi sebuah cidera, cidera yang paling sering terjai pada permainan futsal adalah cidera otot ankle.
Sebenarnya cedera engkel yang sering terjadi ada 2 macam, yaitu strain ankle dan sprain ankle injury. Strain terjadi ketika otot atau tenden kita terlalu meregang, sedangkan sprain, cedera yang lebih serius, adalah peregangan pada ligamen (jaringan ikat yang menghubungkan antar tulang). Sekitar 85% dari semua cedera engkel adalah sprain ankle dan 45% nya merupakan cedera saat olahraga. Sekitar 50% orang yang pernah menderita bisa kambuh lagi. Kebanyakan cedera engkel (sekitar 85%) adalah inversion injury yaitu kaki tertekuk ke arah dalam, sehingga terjadi peregangan pada ligament bagian luar. Sedangkan cedera engkel karena kaki tertekuku ke arah luar jarang terjadi, dikarenakan posisi anatomis kaki kita.




BAB III
PEMECAHAN MASALAH


3.1 Penyebab Cidera
Ankle merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama dilapangan olahraga. Ankle disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan pengikat antara tulang (ligament) robek. Robekan ini di ikuti oleh pendarahan dibawah kulit. Darah yang mengumpul dibawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.
3.1.1 Secara Umum:
1. Adanya pemaksaan gerak sehingga terjadi kontraksi yang berlebihan
2. Kesalahan gerak
3. Adanya gerakan yang tiba-tiba
4. Belum adanya kesiapan fisik
3.1.2 Secara Khusus:
1. Secara psikologi adanya kelelahan yang berlebih
2. Secara anatomi adanya ketidak seimbangan otot dalam hal berkontraksi
3. Adanya starching yang berlebihan
4. Akibat benturan yang keras
5. Akibat berat badan yang berlebih
6. Kesalahan tumpuan

3.2 Penanganan :
Pertama-tama harus dipastikan dahulu ada atau tidak adanya tulang yang patah. Dalam hal ini tulang yang patah biasanya adalah ujung-ujung bawah tulang betis dan tulang kering.
Hal itu dapat diperiksa dengan jalan menekan tulang itu dari telapak kaki dan betis sebelah atas. Dapat pula dengan menekan tulang kering dan tulang betis kearah saling mendekati. Apabila tidak tearasa nyeri, kemungkinan ujung tulang itu dalam keadaan aman atau tidak patah.
3.2.1 Rest atau istirahat
Mengistirahatkan kaki yang cedera dari gerakan berlebihan yang tidak perlu dan dari gerakan menahan beban badan dengan menjejakkan kaki ke tanah. Kruk (crutches) atau bidai (splint) sangat membantu.


3.2.2 Ice atau es
Kompres es digunakan untuk mengurangi bengkak. Dilakukan 20 menit tiap jam selama bengkak masih ada


3.2.3 Compression
Engkel dan kaki dibebat dengan bebat elastis atau stocking khusus dengan rapat tapi tidak erat. Jika bengkak menyebabkan bebat terlalu erat, harus direnggangkan secepatnya

3.2.4 Elevation
Kaki diletakkan di atas letak jantung selama 48 jam pertama. Ini dilakukan untuk meminimalisir bengkak dan memar. Selain itu, bisa diberikan obat pereda rasa nyeri. Tentu penggunaannya harus sesuai instruksi dokter. Cedera engkel dengan penanganan yang sesuai kebanyakan sembuh antara 2 sampai 6 minggu. Cedera yang berat memerlukan waktu yang lama sekitar 12 minggu dan memerlukan fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan dan koordinasi otot. Tindakan bedah jarang diperlukan. Bila kita mengalami nyeri terus menerus dalam jangka waktu lama atau cedera engkel kambuhan, tindakan bedah mungkin diperlukan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum olahraga kita melakukan pemanasan dan pilih sepatu yang sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.

3.3 Cara Mencegah Terjadinya Cedera
Pencegahan cidera olahraga terbagi dalam tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer dapat berbentuk
a. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
b. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera.
c. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
d. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan
e. Melakukan pemanasan dan pendinginan
f. Memakai alat pelindung yang adekuat.
Untuk mendukung pencegahan primer diatas harus dilakukan:
a) Pemeriksaan sport medis yang mencakup:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan system musculoskeletal secara rinci dan sistematik, seperti pemeriksaan panjang otot, lingkaran otot, lingkup gerak, sendi, tebal lemak, berat badan dll.
b). Penukaran kapasitas fungsional untuk mengukur kemajuan hasil latihan:
1. Master test
2. Astrand test untuk mengukur VO2Max
3. Cycle ergometer
4. Laboraturium
c). Pengawasan cara hidup sehat atlet,yaitu menghindari:
1. Obat-obatan pemanasan
2. Penggunaan obat perangsang
3. Penggunaan alcohol, rokok, dll
d). Perbaikan gizi:
Cukup karbohidrat, protein, lemak mineral dan vitamin.
2. Pencegahan Sekunder
Pengenalan gejala awal cidera dan tindakan cepat dan tepat untuk menghindari cidera sekunder
a. Gejala dini pembebanan pada tendon otot biasanya adalah:
 Nyeri pada pagi hari / bangun tidur.
 Kaku
 Mudah lelah
 Nyeri kontraksi pada otot bersangkutan
 Nyeri regangan
 Nyeri sentuh
 Pengerasan otot
 Pembengkakan ringan
b. Gejala latihan berlebihan:
 Cepat lelah dan kekakuan pada otot
 Keengganan untuk latihan dan bertanding
 Nadi istirahat tinggi dan berdebar
 Nafsu makan terganggu
 Sulit tidur
 Berat badan menurun
 Pusing
 Berkeringat
 Mudah marah/ tersinggung
 Tekanan darah naik
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan cedera agar tidak berulang :
 Penanganan cidera sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
 Diagnosa yang tepat
 Pengobatan yang spesifik mempercepat penyembuhan
Program rehabilitasi agar bagian yang cidera dapat berfungsi seperti semula dan atlet dapat kembali ke lapangan.
Selain itu pencegahan cedera dapat juga dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dan Pendinginan
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot. Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/exercise dan peregangan/stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.
b. Latihan (training)
Perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.
 Endurance training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah.
 Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha “eksplosif” (misal pada lempar lembing ).
 skill training bertujuan untuk meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
c. Sehat jasmani dan rohani.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
d. Mematuhi aturan pertandingan.
Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misal pada pertandingan bela diri.
e. Tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.
Kelainan anatomis misalnya tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang. Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai.Misal sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu.
f. Melakukan 10 prinsip utama “conditioning”
yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.

3.4 Pencegahan Re-cedera
Dari aspek rehabilitasi medik, terdapat beberapa alat fisioterapi yang sering digunakan dalam penanganan cedera atau pencegahan re-cedera
olahraga, yaitu :
a. Terapi dingin (Cryo), untuk menghentikan perdarahan, mencegah pembengkakan.
b. Terapi gelombang suara (Ultrasound), untuk relaksasi otot, mengurangi nyeri.
c. Stimulasi elektrik (TENS), untuk menghilangkan nyeri
d. Terapi panas (Diatermi),untuk relaksasi otot, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
e. Terapi gerak (Exercise),untuk mobilisasi sendi, penguatan otot, meningkatkan koordinasi gerak selain itu juga dapat dilakukan resting/istirahat, compression/pembalutan






















BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
Untuk penanganan cidera sebaiknya sebelum melakukan aktifitas olah raga harus di awali dengan pemanasan terlebih dahulu agar otot-otot dalam tubuh siap untuk bekerja secara maksimal.
Cidera pada olahraga bola futsal paling sering terjadi adalah cidera ankle, dan penanganannya harus melalui metode raice, yaitu: rest (istirahat), ice, compression, dan elevation.

Saran
Berolahraga hendaknya mengetahui segala aspek dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak terjadi cidera dan harus mengerti penanggulangan dan pencegaha jika terjadi cidera.















Daftar Pustaka

Khomsin. (2001).Paradigma Baru Pendidikan Jasmani di Indonesia Dalam Era Reformasi.
Woro oktavia. Eram Tunggal P. 2006. System Tanggap Daruarat. UPT UNNES. Semarang.
http://bramendut.blogspot.com/2010/03/23/futsal.html
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/03/23/rice-untuk-cedera-engkel-atau-engkel-keseleo/
http://localhost/D:/Data/Downloads/uny.html

massage Futsal

Tujuan
Dengan uraian dalam makalah ini diharapkan kita bisa mengetahui dan menangani serta memberikan pertolongan pertama apabila kita menemukan ada orang yang mengalami cidera engkel dalam aktifitas khususnya aktifitas olahraga.
Identifikasi masalah
Dalam setiap aktifitas olahraga yang dilakukan pasti tidak akan bisa terlepas dari apa yang disebut cidera. Pada umumnya bentuk-bentuk cidera yang dialami oleh atlet tergantung dari jenis dan karakteristik cabang olahraganya . semisal olahraga yang mengunakan raket maka resiko cidera yang dialami oleh atlet cenderung lebih dominan pada bagian tangan namun tidak menutup kemungkinan cidera dibagian badan yang lain juga mengalaminya seperti pada bagian kaki. Hal tersebut terjadi karena dalam olahraga seluruh bagian badan atau tubuh pasti akan ikut bergerak. Setiap bagian badan yang mendapatkan beban berlebih maka resiko untuk mengalami cidera pasti lebih besar dari bagian badan yang tidak mengalami beban berlebihan.
Adapun pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada cidera engkel dan rumusan masalah yang diangkat dalam pembahasan ini antara lain apa yang disebut cidera engkel, cidera engkel terjadi diakibatkan karena apa, macam-macam bentuk cidera engkel, Struktur otot dan tulang apa saja yang berhubungan dengan cidera engkel, dalam olahraga apa saja cidera engkel terjadi, bagaimana cara menangani cidera engkel.
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah agar kita mengetahui cidera engkel terjadi disebabkan karena apa, bagian tulang dan otot mana yang mengalami masalah dan beagaimana cara mengatasi cidera tersebut.
Pembahasan

Cedera pergelangan kaki atau yang biasa disebut cidera engkel merupakan cidera akut yang sering dialami oleh para olahragawan. Adapun cidera engkel terjadi ini karena adanya penekanan melakukan gerakan secara tiba-tiba atau beban pada pergelangan kaki terlalu berat yang menyebabkan otot atau tulang yang ada dipergelangan kaki ini tidak sanggup menahan beban itu yang berefek pada retaknya tulang atau robeknya ligament pada persendian pergelangan kaki.
Yang disebut cidera engkel adalah apabila bagian tulang atau otot disekitar pergelangan kaki ini mengalami cidera baik ringan atau berat. Yamg dimaksud terjadi cidera ringan adalah apabila dalam struktur atot atau ligament dibagian engkel ini terjadinya robekan pada calcaneo fibular ligamen, anterior talofibular ligamen, otot tendo Achilles, otot gastroknemius, otot seleus, namun apabila sampai terjadi retak pada tulang tibia atau talus atau sampai terjadi putus pada bagian otot-otot seperti otot tendo atau gastroknemius dan pada ligament maka cidera tersebut tergolong cidera akut.
Cidera engkel bisa terjadi atau dialami hampir pada semua cabang olahraga ini terjadi karena memang bahwa dalam melakukan aktifitas olahraga bagian kaki akan mendapatkan beban yang relative berat hal ini terjadi karena secara anatomis kaki adalah penopang dari beban badan secara keseluruhan. Adapun kalau dilihat dari karakteristik olahraga yang memungkinkan terjadinya cidera engkel lebih besar antara lain olahraga sepakbola, bola voli, bola basket, bulu tangkis, lari gawang, lompat jauh dll. Apabila dilihat dari sebab terjadi cidera maka bisa dibagi menjadi dua faktor. Adapun factor yang pertama adalah disebabkan karena faktor intern atau dari si atletnya sendiri seperti : Adanya kelainan bentuk anatomi pada tubuh seperti kaki flat.
Umur yang sudah terlalu tua dan melakukan olahraga yang tergolong berat.
Melakukan latihan teralalu berat maka resiko terjadinya cidera semakin besar.
Kurang menguasainya teknik sehingga memungkinkan gerakan yang dilakukan salah dan resiko terjadinya cidera meningkat.
 Saat melakukan olahraga tidak dalam kondisi sehat, baik sehat jasmani atau rohani.
 Sedangkan faktor yang kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang mencangkup peralatan atau fasilitas serta lingkungan seperti : Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran kaki.
 Tidak memakai alat pelindung seperti decker engkel.
 Lintasan atau lapangan yang tidak memadai seperti terlalu keras atau licin.
 Suhu atau kelembaban lingkunagan.
 Cara penangananya pada cidera engkel pada garis besarnya hampir sama dengan cidera pada umumnya.
Apabila atlet mengalami cidera engkel yang tergolong ringan semisal terjadi robekan atau tarikan pada otot dan ligamen yang tak ada ganngguan fungsi yang diakibatkan maka pertolongan pertama adalah mengunakan metode RICE. Apabila atlet masih mengalami rasa sakit saat melakukan olahraga maka si atlet harus berhenti olahraga dan dibawah ke dokter hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya suatu cidera yang lebih parah dan untuk menjaga keselamatan serta masa depan si atlet. Sedangkan apabila sampai terjadi cidera yang tergolong berat semisal mengalami retak pada tulang di sekitar daerah engkel seperti pada tulang talus atau tibia dan otot tendo atau ligamen mengalami putus maka pertolongan pertama adalah menggunakan metode RICE setelah itu atlet atau orang yang mengalami cidera harus dibawah ke dokter untuk ditangani secara intensif. Cara untuk mencegah terjadinya cidera engkel pada khususnya adalah Sebelum melakukan aktifitas olahraga terlebih dahulu diusahakan melakukan pemanasan dan pelemasan pada persendian serta pada otot-otot pada bagian kaki.
Dalam melakukan aktifitas olahraga atlet harus dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Memakai alat pelindung seperti deecker engkel. Memakai sepatu yang ukuranya sesuai dengan ukuran pada kaki. Berusaha untuk melakukan olahraga atau latihan secara teratur dan terprogram.

Daftar pustaka

Agus dkk, makalah cidera pencak silat, 2008
Intenet, cidera engkel, google, 2008
dr. endang, silabus pencegahan cidera, 2008



FuTSaL
pENGERTIAN fUTSAL adalah permainan bola yang dimainkan oleh 5 pemain dalam 1 timnya dimana tiap anggota tim bertujuan untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan begitunya juga sebaliknya yaitu mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan bola (gol)

iStilah fUtsal pada dasarnya berasal dari Spanyol Football yang dikenal dengan nama fUtbol kemudian dinamakan fUtsal dimana sal berarti ruangtan yang diambil dari bahasa Prancis (sAlon), atau bahasa Spanyol ( sAla )

sEjarah Futsal berasal dari Montevideo ( Ibu kota Uruguay) pada tahun 1930. Juan Carlos Ceriani menyelenggarakan pertandingan sikulit bundar dengan pemain 5 lawan 5 dimainkan di lapangan yang mirip dengan lapangan Basket. tahun 1854 permainan ini sering dimainkan di Canada. pada tahun 1930-an dikembangkan oleh Juan Carlos Ceriani .

pErbEdaAn SePaK Bola dEngan fUtsaL


uraian sEpaK bOla fUtsAl

1. Jumlah pemain 11 5
2. Pemain Cadangan 3 7
3. Pergantian pemaian 3 tak terbatas
4. Lama bermain 2 x 45 menit 2 x 20 menit
5. lemparan ke dalam Lemparan ke dalam tendangan ke dalam
6. Istirahat 15 menit MAX 10 menit MAX
7. Kontak badan diperbolehkan tidak boleh
8. Off side ada tidak ada
9. Goal Kick pakai tendangan pakai lemparan
10. eksekusi menunggu peluit 4 detik MAX
11. Time Out tidak ada 1 x perbabak
12. Pelanggaran tak terbatas lebih 5 kali,
13. Kartu merah Pemain tidak dapat diganti dpt diganti setelah 2mnt


3.3 Cara Mencegah Terjadinya Cedera
Pencegahan cidera olahraga terbagi dalam tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer dapat berbentuk
a. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
b. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera.
c. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
d. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan
e. Melakukan pemanasan dan pendinginan
f. Memakai alat pelindung yang adekuat.


Untuk mendukung pencegahan primer diatas harus dilakukan:
a) Pemeriksaan sport medis yang mencakup:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan system musculoskeletal secara rinci dan sistematik, seperti pemeriksaan panjang otot, lingkaran otot, lingkup gerak, sendi, tebal lemak, berat badan dll.
b). Penukaran kapasitas fungsional untuk mengukur kemajuan hasil latihan:
1. Master test
2. Astrand test untuk mengukur VO2Max
3. Cycle ergometer
4. Laboraturium
c). Pengawasan cara hidup sehat atlet,yaitu menghindari:
1. Obat-obatan pemanasan
2. Penggunaan obat perangsang
3. Penggunaan alcohol, rokok, dll
d). Perbaikan gizi:
Cukup karbohidrat, protein, lemak mineral dan vitamin.
2. Pencegahan Sekunder
Pengenalan gejala awal cidera dan tindakan cepat dan tepat untuk menghindari cidera sekunder
a. Gejala dini pembebanan pada tendon otot biasanya adalah:
 Nyeri pada pagi hari / bangun tidur.
 Kaku
 Mudah lelah
 Nyeri kontraksi pada otot bersangkutan
 Nyeri regangan
 Nyeri sentuh
 Pengerasan otot
 Pembengkakan ringan
b. Gejala latihan berlebihan:
 Cepat lelah dan kekakuan pada otot
 Keengganan untuk latihan dan bertanding
 Nadi istirahat tinggi dan berdebar
 Nafsu makan terganggu
 Sulit tidur
 Berat badan menurun
 Pusing
 Berkeringat
 Mudah marah/ tersinggung
 Tekanan darah naik
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan cedera agar tidak berulang :
 Penanganan cidera sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
 Diagnosa yang tepat
 Pengobatan yang spesifik mempercepat penyembuhan
Program rehabilitasi agar bagian yang cidera dapat berfungsi seperti semula dan atlet dapat kembali ke lapangan.
Selain itu pencegahan cedera dapat juga dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dan Pendinginan
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot. Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/exercise dan peregangan/stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.
b. Latihan (training)
Perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.
 Endurance training adalah latihan yangdilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah.
 Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha “eksplosif” (misal pada lempar lembing ).
 skill training bertujuan untuk meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
c. Sehat jasmani dan rohani.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
d. Mematuhi aturan pertandingan.
Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misal pada pertandingan bela diri.
e. Tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.
Kelainan anatomis misalnya tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang. Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai.Misal sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu.
f. Melakukan 10 prinsip utama “conditioning”
yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.

G. Pencegahan Re-cedera
Dari aspek rehabilitasi medik, terdapat beberapa alat fisioterapi yang sering digunakan dalam penanganan cedera atau pencegahan re-cedera
olahraga, yaitu :
a. terapi dingin (Cryo), untuk menghentikan perdarahan, mencegah pembengkakan.
b. terapi gelombang suara (Ultrasound), untuk relaksasi otot, mengurangi nyeri.
c.stimulasi elektrik (TENS), untuk menghilangkan nyeri
d. terapi panas (Diatermi),untuk relaksasi otot, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
e. terapi gerak (Exercise),untuk mobilisasi sendi, penguatan otot, meningkatkan koordinasi gerak selain itu juga dapat dilakukan resting/istirahat, compression/pembalutan