BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Olahraga pada saat ini adalah suatu kebutuhan yang tidak asing lagi. Keberadaannya pun dikenal setiap orang diseluruh penjuru dunia karena olahraga adalah kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Tapi untuk melakukan olahraga tidaklah akan selalu berakibat positif tetapi juga negatife. Olahraga yang terlalu berat atau mengalami kesalahan – kesalahan pada gerakan olahraga akan mengakibatkan cidera. Karena minimnya pengetahuan pada olahraga cidera pun mudah terjadi, oleh sebab itu harus diimbangi dengan pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera akibat olahraga.
Cedera Olahraga ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu berlatih, saat pertandingan maupun sesudah pertandingan. Yang berisiko cedera ialah semua struktur tubuh, meliputi : ligamen, tendon, bursa, fascia, otot, cartilago, tulang maupun sistem saraf. Adapun berdasarkan mekanisme terjadinya, cedera olahraga dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu ketidakmampuan jaringan, kontak langsung, dan overuse. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dengan derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga
Dengan adanya pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera maka cidera pun akan lebih terkurangi tingkat cideranya bahkan tidak terjadi cidera. Berhubungan dengan cidera olahraga yang sering terjadi cidera yaitu olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi dan kelelahannya pun berlebih. Contoh dari olahraga tersebut yaitu olahraga futsal.
1.2 Identifikasi Masalah
Karena olahraga footsal adalah olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi pada bagian ankle maka masalah yang timbul pada pembahasan makalah disini yaitu cidera ankle pada olahraga futsal.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu membahas tentang penyebab terjadinya cidera dan tata cara penanggulangan pertama cidera ankle pada permainan futsal.
BAB II
LANDASAN TEORI
Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh 5 pemain dalam 1 timnya dimana tiap anggota tim bertujuan untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan begitunya juga sebaliknya yaitu mempertahankan gawangnya jangan sampaikemasukanbola.
Futsal merupakan cabang olahraga permainan yang telah dikenal masyarakat mulai dari usia anak-anak sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Itu semua terbukti dengan bertambah banyaknya media yang menyediakan sarana dan prasarana bermain futsal. Seperti lapangan, bola, sepatu dan lain-lain sarana dan prasarana yang di sediakan.
Dalam permainan footsal seringkali terjadi sebuah cidera, cidera yang paling sering terjai pada permainan futsal adalah cidera otot ankle.
Sebenarnya cedera engkel yang sering terjadi ada 2 macam, yaitu strain ankle dan sprain ankle injury. Strain terjadi ketika otot atau tenden kita terlalu meregang, sedangkan sprain, cedera yang lebih serius, adalah peregangan pada ligamen (jaringan ikat yang menghubungkan antar tulang). Sekitar 85% dari semua cedera engkel adalah sprain ankle dan 45% nya merupakan cedera saat olahraga. Sekitar 50% orang yang pernah menderita bisa kambuh lagi. Kebanyakan cedera engkel (sekitar 85%) adalah inversion injury yaitu kaki tertekuk ke arah dalam, sehingga terjadi peregangan pada ligament bagian luar. Sedangkan cedera engkel karena kaki tertekuku ke arah luar jarang terjadi, dikarenakan posisi anatomis kaki kita.
BAB III
PEMECAHAN MASALAH
3.1 Penyebab Cidera
Ankle merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama dilapangan olahraga. Ankle disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan pengikat antara tulang (ligament) robek. Robekan ini di ikuti oleh pendarahan dibawah kulit. Darah yang mengumpul dibawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.
3.1.1 Secara Umum:
1. Adanya pemaksaan gerak sehingga terjadi kontraksi yang berlebihan
2. Kesalahan gerak
3. Adanya gerakan yang tiba-tiba
4. Belum adanya kesiapan fisik
3.1.2 Secara Khusus:
1. Secara psikologi adanya kelelahan yang berlebih
2. Secara anatomi adanya ketidak seimbangan otot dalam hal berkontraksi
3. Adanya starching yang berlebihan
4. Akibat benturan yang keras
5. Akibat berat badan yang berlebih
6. Kesalahan tumpuan
3.2 Penanganan :
Pertama-tama harus dipastikan dahulu ada atau tidak adanya tulang yang patah. Dalam hal ini tulang yang patah biasanya adalah ujung-ujung bawah tulang betis dan tulang kering.
Hal itu dapat diperiksa dengan jalan menekan tulang itu dari telapak kaki dan betis sebelah atas. Dapat pula dengan menekan tulang kering dan tulang betis kearah saling mendekati. Apabila tidak tearasa nyeri, kemungkinan ujung tulang itu dalam keadaan aman atau tidak patah.
3.2.1 Rest atau istirahat
Mengistirahatkan kaki yang cedera dari gerakan berlebihan yang tidak perlu dan dari gerakan menahan beban badan dengan menjejakkan kaki ke tanah. Kruk (crutches) atau bidai (splint) sangat membantu.
3.2.2 Ice atau es
Kompres es digunakan untuk mengurangi bengkak. Dilakukan 20 menit tiap jam selama bengkak masih ada
3.2.3 Compression
Engkel dan kaki dibebat dengan bebat elastis atau stocking khusus dengan rapat tapi tidak erat. Jika bengkak menyebabkan bebat terlalu erat, harus direnggangkan secepatnya
3.2.4 Elevation
Kaki diletakkan di atas letak jantung selama 48 jam pertama. Ini dilakukan untuk meminimalisir bengkak dan memar. Selain itu, bisa diberikan obat pereda rasa nyeri. Tentu penggunaannya harus sesuai instruksi dokter. Cedera engkel dengan penanganan yang sesuai kebanyakan sembuh antara 2 sampai 6 minggu. Cedera yang berat memerlukan waktu yang lama sekitar 12 minggu dan memerlukan fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan dan koordinasi otot. Tindakan bedah jarang diperlukan. Bila kita mengalami nyeri terus menerus dalam jangka waktu lama atau cedera engkel kambuhan, tindakan bedah mungkin diperlukan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum olahraga kita melakukan pemanasan dan pilih sepatu yang sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.
3.3 Cara Mencegah Terjadinya Cedera
Pencegahan cidera olahraga terbagi dalam tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer dapat berbentuk
a. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
b. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera.
c. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
d. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan
e. Melakukan pemanasan dan pendinginan
f. Memakai alat pelindung yang adekuat.
Untuk mendukung pencegahan primer diatas harus dilakukan:
a) Pemeriksaan sport medis yang mencakup:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan system musculoskeletal secara rinci dan sistematik, seperti pemeriksaan panjang otot, lingkaran otot, lingkup gerak, sendi, tebal lemak, berat badan dll.
b). Penukaran kapasitas fungsional untuk mengukur kemajuan hasil latihan:
1. Master test
2. Astrand test untuk mengukur VO2Max
3. Cycle ergometer
4. Laboraturium
c). Pengawasan cara hidup sehat atlet,yaitu menghindari:
1. Obat-obatan pemanasan
2. Penggunaan obat perangsang
3. Penggunaan alcohol, rokok, dll
d). Perbaikan gizi:
Cukup karbohidrat, protein, lemak mineral dan vitamin.
2. Pencegahan Sekunder
Pengenalan gejala awal cidera dan tindakan cepat dan tepat untuk menghindari cidera sekunder
a. Gejala dini pembebanan pada tendon otot biasanya adalah:
Nyeri pada pagi hari / bangun tidur.
Kaku
Mudah lelah
Nyeri kontraksi pada otot bersangkutan
Nyeri regangan
Nyeri sentuh
Pengerasan otot
Pembengkakan ringan
b. Gejala latihan berlebihan:
Cepat lelah dan kekakuan pada otot
Keengganan untuk latihan dan bertanding
Nadi istirahat tinggi dan berdebar
Nafsu makan terganggu
Sulit tidur
Berat badan menurun
Pusing
Berkeringat
Mudah marah/ tersinggung
Tekanan darah naik
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan cedera agar tidak berulang :
Penanganan cidera sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
Diagnosa yang tepat
Pengobatan yang spesifik mempercepat penyembuhan
Program rehabilitasi agar bagian yang cidera dapat berfungsi seperti semula dan atlet dapat kembali ke lapangan.
Selain itu pencegahan cedera dapat juga dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dan Pendinginan
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot. Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/exercise dan peregangan/stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.
b. Latihan (training)
Perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.
Endurance training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah.
Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha “eksplosif” (misal pada lempar lembing ).
skill training bertujuan untuk meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
c. Sehat jasmani dan rohani.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
d. Mematuhi aturan pertandingan.
Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misal pada pertandingan bela diri.
e. Tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.
Kelainan anatomis misalnya tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang. Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai.Misal sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu.
f. Melakukan 10 prinsip utama “conditioning”
yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.
3.4 Pencegahan Re-cedera
Dari aspek rehabilitasi medik, terdapat beberapa alat fisioterapi yang sering digunakan dalam penanganan cedera atau pencegahan re-cedera
olahraga, yaitu :
a. Terapi dingin (Cryo), untuk menghentikan perdarahan, mencegah pembengkakan.
b. Terapi gelombang suara (Ultrasound), untuk relaksasi otot, mengurangi nyeri.
c. Stimulasi elektrik (TENS), untuk menghilangkan nyeri
d. Terapi panas (Diatermi),untuk relaksasi otot, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
e. Terapi gerak (Exercise),untuk mobilisasi sendi, penguatan otot, meningkatkan koordinasi gerak selain itu juga dapat dilakukan resting/istirahat, compression/pembalutan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk penanganan cidera sebaiknya sebelum melakukan aktifitas olah raga harus di awali dengan pemanasan terlebih dahulu agar otot-otot dalam tubuh siap untuk bekerja secara maksimal.
Cidera pada olahraga bola futsal paling sering terjadi adalah cidera ankle, dan penanganannya harus melalui metode raice, yaitu: rest (istirahat), ice, compression, dan elevation.
Saran
Berolahraga hendaknya mengetahui segala aspek dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak terjadi cidera dan harus mengerti penanggulangan dan pencegaha jika terjadi cidera.
Daftar Pustaka
Khomsin. (2001).Paradigma Baru Pendidikan Jasmani di Indonesia Dalam Era Reformasi.
Woro oktavia. Eram Tunggal P. 2006. System Tanggap Daruarat. UPT UNNES. Semarang.
http://bramendut.blogspot.com/2010/03/23/futsal.html
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/03/23/rice-untuk-cedera-engkel-atau-engkel-keseleo/
http://localhost/D:/Data/Downloads/uny.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar