Kamis, 14 Juli 2011

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga

Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga :

Faktor Atlit.- Umur, mempengaruhi kekuatan dan lama penyembuhan jaringan yang cidera.
- Karakteristik atlit
- Pengalaman
- Tahap latihan
- Teknik
- Pemanasan

Fasilitas Latihan dan Peralatan
- Perlengkapan latihan
- Pelindung / pengaman
- Karakteristik dari olah raga

Pembagian Cidera

Cidera akibat pengaruh dari luar (faktor ekstrinsik)
Contohnya ; tackling atau tabrakan, pukulan atau benturan, lapangan yang jelek.

Cedera akibat pengaruh dari dalam (faktor intrinsik)
Contohnya ; postur tubuh yang kurang baik, gerakan latihan yang salah, kelemahan otot, fisik yang tidak fit, prosedur keselamatan atlet yang kurang terjamin dan otot atau ligament yang berlebihan (overuse).

Pencegahan Cidera

- Menentukan kondisi kesehatan secara umum
- Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cedera
- Mendeteksi keadaan-keadaan yang membahayakan bila yang bersangkutan melakukan olah raga.

Proses Penyembuhan
Hemostasis
- Terjadinya proses perdarahan
- Bekuan darah terjadi 6 – 8 jam

Inflamasi
- Terjadinya proses peradangan
- Terdapat tanda-tanda radang, yaitu ; bengkak, kemerahan, nyeri, panas lokal, terganggunya fungsi.
- Terjadi 2 kali 24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu.

Proliferasi
- Mulai terjadi proses penyembuhan
- Terjadi 7 – 21 hari

Remodelling
- Terjadinya proses pemulihan kembali
- Terjadi sampai 18 bulan.

Proses Penanganan pada cidera olah raga
Pemeriksaan
Anamnesis (tanya jawab dengan pasien), ditanyakan mula timbulnya cidera
Palpasi dan Inspeksi (diraba dan dilihat)
Pemeriksaan gerak dasar.- Pemeriksaan gerak pasif
- Pemeriksaan gerak aktif
- Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan
- Diagnosis, menentukan daerah mana dan bagian apa yang mengalami cidera.

Perencanaan, menentukan pengobatan yang paling tepat untuk cidera yang dialami
Pelaksanaan pengobatan
Evaluasi.
Secara prinsip seperti pula pada cidera yang lain maka upaya penyembuhan adalah kesempatan jaringan untuk sembuh baik sehingga tidak menimbulkan jaringan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu prinsip pengobatan pada kondisi akut mempunyai program yang sangat terkenal yaitu berikan RICE, yaitu ;

R: REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh
I: ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi (pendarahan) dan agar terjadi vasokonstriksi (penghentian pendarahan)
C: CROMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan.
E: ELEVATION, yaitu menaikan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung.

Hindari HARM, yaitu
H: HEAT, peberian panas (balsem/kompres air panas) justru akan meningkatkan perdarahan
A: ALCOHOL,akan meningkatkan pembengkakan
R: RUNNING, atau exercise/ mencoba latihan terlalu dini akan memburuk cidera
M: MASSAGE, pemijatan tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.

Contoh Cidera Olahraga

CONTOH-CONTOH CIDERA OLAH RAGA :

1. ROBEKAN OTOT (strain) dan ROBEKAN LIGAMENT (sprain)
Tanda-tanda :
- rasa nyeri yang umum
- bengkak dan memar

Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada struktur muskulo-tendinous (otot dan tendon). Strain akut pada struktur muskulo-tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strain terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada atlet speed atau boulder .Tipe cidera ini sering terlihat pada pemanjat speed yang mengalami strain pada otot pundak. Beberapa kali cidera terjadi secara mendadak ketika pemanjat dalam memanjat secara penuh. Gejala pada strain otot yang akut bisa berupa nyeri, spasme otot, kehilangan kekuatan, dan keterbatasan lingkup gerak sendi. Strain kronis adalah cidera yang terjadi secara berkala oleh karena penggunaan berlebihan atau tekakan berulang-ulang, menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon). Sebagai contoh, pemain tennis bisa mendapatkan tendonitis pada bahunya sebagai hasil tekanan yang terus-menerus dari servis yang berulang-ulang.
Berat ringannya sprain dan strain
Therapist mengkategorikan sprain dan strain berdasarkan berat ringannya cidera.

Strain diklasifikasikan berdasarkan berat rignannya :
- Derajat I : regangan/streching atau robekan ringan pada serabut tendon dan otot, dengan minimal. Biasanya kalau diistirahatkan secara total, 2-3 hari akan sembuh sendiri.
- Derajat II : regangan serabut tendon, dengan robekan parsial/sebagian, bersamaan dengan nyeri dan bengkak, tetapi masih bisa menyambung.
- Derajat III : robekan serabut otot/ligament yang luas/penuh dengan nyeri, bengkak dan kemungkinan ada yang putus, sehingga mengakibatkan ketidakstabilan sendi.

Pada prinsipnya pertolongan pertama :
- RICE
- Balut tekan (pressure bandage)
- Bantu dengan tongkat atau kruk
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap

Bagaimana mencegahnya :
- jangan lalai berikan latihan stretching, latihan ini meningkatkan kelenturan
- jangan coba melakukan latihan terlalu banyak/cepat.
- Berlatihlah dari menu latihan yang ringan menuju bentuk latihan yang berat.
- Latihan harus terprogram dari teknik yang sederhana menuju teknik yang tinggi/susah.

2. CRAMPS
Tanda :
- nyeri otot yang sangat dan spasme
- keringat yang berlebihan
- tidak bereaksi terhadap massage atau stretching

Pertolongan :
- angkat korban ke daerah yang lebih dingin.
- Kemudian kram dihilangkan dengan massage.
- Tarik bagian otot yang cramps, misal otot kaki belakang yang kramps, maka baringkan dan tekan telapak kaki menuju ke arah depan atau pasien.

3. PATAH TULANG
Tanda :
- adanya ruda paksa
- jari tidak dapat digerakkan
- nyeri setempat dan makin bertambah bila digerakkan.
- Hilangnya fungsi
- Terdapat perubahan bentuk
- Nyeri tekanan/ketok
- Gerakan-gerakan abnormal.

Pertolongan :
- atasi shock dan perdarahan, dijaga lapangnya jalan nafas.
- berusaha tetap tenang jangan panik, bila ada pendarahan akibat luka tutup dengan kain steril.
- Pasangkan bidai (spalk) atau dibebankan ke anggota badan penderita yang sehat
- Bila adanya dugaan patah tulang, dibaringkan pada alas yang keras
- Massage/ diurut sama sekali dilarang
- Bawalah ke rumah sakit yang terdekat untuk perawatan lebih lanjut.

4. KESELEO (strain pergelangan kaki)
- ligamen yang putus (partial/total)
- kadang-kadang dislokasi

Sprain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada ligament (jaringan yang menghubungkan tulang dengan tulang) atau kapsul sendi, yang memberikan stabilitas sendi. Kerusakan yang parah pada ligament atau kapsul sendi dapat menyebabkan ketidakstabilan pada sendi. Gejalanya dapat berupa nyeri, inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai. Sprain terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang normal, seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki.

Tanda :
- sakit pada sendi
- rasa putus
- fungsi menurun
- bengkak
- hematoma

Penyebab :
- trauma /gerakan yang keras pada pergelangan kaki sehingga kaki terpuntir melebihi ROM

Pengobatan :
- RICE
- Boleh pakai bidai, tongkat, jalan dengan menumpu berat badan
- Gips, boleh jalan setelan 21 hari
- Kompres es 3 – 4 kali sehari
- elevasi/peninggian bagian yang cedera

Sumber : sportifosi.com

Jenis-jenis Cidera

Jenis Cedera Olahraga ada 8 macam:
Secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit, dan pingsan (Taylor, 1997: 63). Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia (Mirkin & Hoffman, 1984: 107).
a. Memar
Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Hartono Satmoko, 1993:191). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat.
Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat
Menurut Agung Nugroho (1995: 53) penanganan pada cedera memar adalah sebagai berikut:
1) Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan kapiler.
2) Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan jaringan-jaringan lunak yang rusak.
3) Hindari benturan di daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 22) ada dua jenis cedera pada otot atau tendo dan ligamentum, yaitu
1) Sprain
Menurut Sadoso (1995: 11-14) “sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada berbagai cabang olahraga.” Giam & Teh (1993: 92) berpendapat bahwa sprain adalah cedera pada sendi, dengan terjadinya robekan pada ligamentum, hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi.
Berdasarkan berat ringannya cedera Giam & Teh (1992: 195) membagi sprain menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a) Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.
b) Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.
c) Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2) Strain
Menurut Giam & Teh (1992: 93) “strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan.” Berdasarkan berat ringannya cedera (Sadoso, 1995: 15), strain dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu:
a) Strain Tingkat I
Pada strain tingkat I, terjadi regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan muscula tendineus.
b) Strain Tingkat II
Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada unit musculo tendineus. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga kekuatan berkurang.
c) Strain Tingkat III
Pada strain tingkat III, terjadi robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan.
Menurut Depdiknas (1999: 632) “otot merupakan urat yang keras atau jaringan kenyal dalam tubuh yang fungsinya untuk menggerakkan organ tubuh”. Pengertian tendo menurut Hardianto Wibowo (1995: 5) adalah jaringan ikat yang paling kuat (ulet) berwarna keputih-putihan, bentuknya bulat seperti tali yang memanjang. Adapun strain dan sprain yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada, pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Menurut Hardianto Wibowo (1995: 16) penanganan yang dilakukan pada cedera tendo dan ligamentum adalah dengan diistirahatkan dan diberi pertolongan dengan metode RICE. Artinya:
R (Rest) : diistirahatkan pada bagian yang cedera.
I (Ice) : didinginkan selama 15 sampai 30 menit.
C (Compress) : dibalut tekan pada bagian yang cedera dengan
bahan yang elastis, balut tekan di berikan
apabila terjadi pendarahan atau
pembengkakan.
E (Elevate) : ditinggikan atau dinaikan pada bagian yang
cedera.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih, tim medis atau lifeguard menurut Hardianto wibowo (1995:26) adalah sebagai berikut:
(a) Sprain/strain tingkat satu (first degree)
Tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya.
(b) Sprain/strain tingkat dua (Second degree).
Kita harus memberi pertolongan dengan metode RICE. Disamping itu kita harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat selama 3-6 minggu.
(c) Sprain/strain tingkat tiga (Third degree).
Kita tetap melakukan metode RICE, sesuai dengan urutanya kemudian dikirim kerumah sakit untuk dijahit/ disambung kembali.

c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, sendi panggul (paha), karena terpeleset dari tempatnya maka sendi itupun menjadi macet dan juga terasa nyeri (Kartono Mohammad, 2001: 31). Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen-ligamennya biasanya menjadi kendor. Akibanya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali.
Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang, imobilisasi dengan spalk pada jari-jari, di bawa kerumah sakit bila perlu dilakukan resistensi jika terjadi fraktur.
d. Patah Tulang
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik pada tulang maupun tulang rawan. Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
1) Patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali.
2) Patah tulang stress, dimana tulang retak, tetapi tidak terpisah.
Menurut Depdiknas (1999: 124) patah tulang dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Patah tulang terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2) Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit.
Penanganan patah tulang yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995:28) sebagai berikut: olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan, pertolongan pertama dilakukan reposisi oleh dokter secepat mungkin dalam waktu kurang dari lima belas menit, karena pada waktu itu olahragawan tidak merasa nyeri bila dilakukan reposisi, kemudian dipasang spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang baru, serta menghentikan perdarahan.

Gambar 9. Patah Tulang
(Sumber: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/images/ency/fullsize/
1096.jpg/2008).

e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. (Hardianto Wibowo, 1995: 31) penyebab kram adalah otot yang terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang.
Penyebab terjadinya kram:
1. otot terlalu lelah
pada waktu berolahraga terjadi proses pembakaran yang menghasilkan sisa metabolik yang menumpuk berupa asam laktat kemudian merangsang otot/ saraf hingga terjadi kram.
2. kurang pemanasan (Warming Up) serta pendinginan (Cooling Down).
3. Adanya gangguan sirkulasi darah yang menuju keotot, sehingga menimbulkan kejang.

Kram yang mungkin terjadi yaitu:
a) Otot Perut (Abdominal)
b) Otot betis (Gastrocnenius)
c) Otot paha belakang (Hamstring)
d) Otot telapak kaki

Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo, (1995: 33) adalah sebagai berikut:
(1). Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal, atau digosok dengan obat-obatan pemanas seperti conterpain, dan salonpas gell untuk melebarkan pembuluh darah sehingga aliran darah tidak terganggu karena kekuatan/kekejangan otot pada terjadi kram.
(2) Pada saat otot kejang sampai kejangnya hilang. Menahan otot waktu berkontraksi sama artinya dengan kita menarik otot tersebut supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.

f. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma pukulan atau terjatuh. Kemungkinan pendarahan yang terjadi pada cabang olahraga renang ialah pendarahan pada hidung, mulut dan kulit. Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) pendarahan pada hidung
(1) penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung, dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Lakuka kurang lebih 5 menit dengan jari tangan. Sementara penderita dianjurkan bernafas melalui mulut
(2) hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya pendarahan akan berhasil dihentikan, sebaiknya diberikan kompres dingin disekitar batang hidung. Sekitar mata hingga pipi.
(3) Kalau pemijatan tidak berhasil, maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit.
(4) Kalau pendarahan hidung tidak mau berhenti setelah pertolongan pertama ini, kemungkinan besar disertai patah tulang, kadang-kadang deformitas dapat terjadi.
(5) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Jangan sekali-kali meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan bekuan-bekuan darah, karena ini akan menimbulkan pendarahan paru.
b) Pendarahan pada mulut
(1) hentikan pendarahan dari bibir atau gusi dengan penekenan secara langsung dan kompres dingin.
(2) Bila gigi goyang atau fraktur, jangan mencabutnya. Kirim ke dokter gigi untuk penanganan lebih lanjut.
c) Pendarahan pada kulit
(1) Bersihkan luka terlebih dahulu dengan obat yang mengandung antiseptik.
(2) setelah luka kering lalu diberi obat yang mengandung antiseptik seperti betadine, apabila luka sobek lebih dari satu cm sebaiknya di jahit, apabila lepuh dan robek, potonglah sisa-sisa kulitnya kemudian dibersihkan dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat.

g. Pingsan
Menurut Giam & Teh (1992: 242) pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan akibat dari (1) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen sementara. (2) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan hebat. (3) Karena jatuh dan benturan.
Menururt Kartono Mohammad (2001: 96-99) ada beberapa macam penyebab pingsan yaitu:
a) Pingsan biasa (saimple fainting)
Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah), lelah, takut, tidak tahan melihat darah.
b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.

Penanganan pingsan yang dilakukan menurut Hardianto Wibowo (1995: 36) sebagai berikut:
a) Menyadarkan olahragawan
b) Mengeluarkan atau membawa olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
c) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.

h. Luka
Menurut Hartono Satmoko (1993:187), luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami infeksi. Luka dapat dibagi menjadi (1) Luka lecet (Abrasi): cedera goresan pada kulit. (2) Lepuh: cedera gesekan pada kulit. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka karena peralatan yang dipakai.
Perawatan yang dapat dilakukan oleh pelatih atau tim medis menurut Hardianto Wibowo (1995:21) adalah sebagai berikut:
a) Bersihkan terlebih dahulu luka tersebut, karena dikhawatirkan akan timbul infeksi. Cara membersihkan luka pada kulit yaitu dibersihkan atau dicuci dengan Hidrogen peroksida (H202) 3% yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), Detol atau betadine, PK (kalium permangat) kalau tidak ada bisa dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-obatan yang mengandung antiseptik juga, misalnya: obat merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm, sebaiknya dijahit.
b) Bila lepuhnya robek, potonglah sisa-sisa kulitnya. Kemudian bersihkanlah dan bebatlah dengan bahan yang tidak melekat. Bila lepuh utuh dan tidak mudah robek, biarkan atau letakkan bebat untuk lepuh diatasnya. Bila lepuhnya tegang, nyeri atau terlihat akan pecah, bersihkan dan kemudian tusuklah dengan jarum steril. Kemudian tutuplah dengan bebat yang bersih.

Makalah Cidera Futsal

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Olahraga pada saat ini adalah suatu kebutuhan yang tidak asing lagi. Keberadaannya pun dikenal setiap orang diseluruh penjuru dunia karena olahraga adalah kebutuhan penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Tapi untuk melakukan olahraga tidaklah akan selalu berakibat positif tetapi juga negatife. Olahraga yang terlalu berat atau mengalami kesalahan – kesalahan pada gerakan olahraga akan mengakibatkan cidera. Karena minimnya pengetahuan pada olahraga cidera pun mudah terjadi, oleh sebab itu harus diimbangi dengan pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera akibat olahraga.
Cedera Olahraga ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu berlatih, saat pertandingan maupun sesudah pertandingan. Yang berisiko cedera ialah semua struktur tubuh, meliputi : ligamen, tendon, bursa, fascia, otot, cartilago, tulang maupun sistem saraf. Adapun berdasarkan mekanisme terjadinya, cedera olahraga dapat dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu ketidakmampuan jaringan, kontak langsung, dan overuse. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga dengan jenis yang paling sering adalah strain dengan derajat dari yang ringan sampai berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan olahraga
Dengan adanya pengetahuan tentang keselamatan dan pencegahan cidera maka cidera pun akan lebih terkurangi tingkat cideranya bahkan tidak terjadi cidera. Berhubungan dengan cidera olahraga yang sering terjadi cidera yaitu olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi dan kelelahannya pun berlebih. Contoh dari olahraga tersebut yaitu olahraga futsal.

1.2 Identifikasi Masalah
Karena olahraga footsal adalah olahraga yang tingkat penggunaan kontraksi ototnya tinggi pada bagian ankle maka masalah yang timbul pada pembahasan makalah disini yaitu cidera ankle pada olahraga futsal.
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini yaitu membahas tentang penyebab terjadinya cidera dan tata cara penanggulangan pertama cidera ankle pada permainan futsal.












BAB II
LANDASAN TEORI

Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh 5 pemain dalam 1 timnya dimana tiap anggota tim bertujuan untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan begitunya juga sebaliknya yaitu mempertahankan gawangnya jangan sampaikemasukanbola.
Futsal merupakan cabang olahraga permainan yang telah dikenal masyarakat mulai dari usia anak-anak sampai dewasa baik laki-laki maupun perempuan. Itu semua terbukti dengan bertambah banyaknya media yang menyediakan sarana dan prasarana bermain futsal. Seperti lapangan, bola, sepatu dan lain-lain sarana dan prasarana yang di sediakan.
Dalam permainan footsal seringkali terjadi sebuah cidera, cidera yang paling sering terjai pada permainan futsal adalah cidera otot ankle.
Sebenarnya cedera engkel yang sering terjadi ada 2 macam, yaitu strain ankle dan sprain ankle injury. Strain terjadi ketika otot atau tenden kita terlalu meregang, sedangkan sprain, cedera yang lebih serius, adalah peregangan pada ligamen (jaringan ikat yang menghubungkan antar tulang). Sekitar 85% dari semua cedera engkel adalah sprain ankle dan 45% nya merupakan cedera saat olahraga. Sekitar 50% orang yang pernah menderita bisa kambuh lagi. Kebanyakan cedera engkel (sekitar 85%) adalah inversion injury yaitu kaki tertekuk ke arah dalam, sehingga terjadi peregangan pada ligament bagian luar. Sedangkan cedera engkel karena kaki tertekuku ke arah luar jarang terjadi, dikarenakan posisi anatomis kaki kita.




BAB III
PEMECAHAN MASALAH


3.1 Penyebab Cidera
Ankle merupakan kecelakaan sehari-hari, terutama dilapangan olahraga. Ankle disebabkan adanya hentakan yang keras terhadap sebuah sendi, tetapi dengan arah yang salah. Akibatnya, jaringan pengikat antara tulang (ligament) robek. Robekan ini di ikuti oleh pendarahan dibawah kulit. Darah yang mengumpul dibawah kulit itulah yang menyebabkan terjadinya pembengkakan.
3.1.1 Secara Umum:
1. Adanya pemaksaan gerak sehingga terjadi kontraksi yang berlebihan
2. Kesalahan gerak
3. Adanya gerakan yang tiba-tiba
4. Belum adanya kesiapan fisik
3.1.2 Secara Khusus:
1. Secara psikologi adanya kelelahan yang berlebih
2. Secara anatomi adanya ketidak seimbangan otot dalam hal berkontraksi
3. Adanya starching yang berlebihan
4. Akibat benturan yang keras
5. Akibat berat badan yang berlebih
6. Kesalahan tumpuan

3.2 Penanganan :
Pertama-tama harus dipastikan dahulu ada atau tidak adanya tulang yang patah. Dalam hal ini tulang yang patah biasanya adalah ujung-ujung bawah tulang betis dan tulang kering.
Hal itu dapat diperiksa dengan jalan menekan tulang itu dari telapak kaki dan betis sebelah atas. Dapat pula dengan menekan tulang kering dan tulang betis kearah saling mendekati. Apabila tidak tearasa nyeri, kemungkinan ujung tulang itu dalam keadaan aman atau tidak patah.
3.2.1 Rest atau istirahat
Mengistirahatkan kaki yang cedera dari gerakan berlebihan yang tidak perlu dan dari gerakan menahan beban badan dengan menjejakkan kaki ke tanah. Kruk (crutches) atau bidai (splint) sangat membantu.


3.2.2 Ice atau es
Kompres es digunakan untuk mengurangi bengkak. Dilakukan 20 menit tiap jam selama bengkak masih ada


3.2.3 Compression
Engkel dan kaki dibebat dengan bebat elastis atau stocking khusus dengan rapat tapi tidak erat. Jika bengkak menyebabkan bebat terlalu erat, harus direnggangkan secepatnya

3.2.4 Elevation
Kaki diletakkan di atas letak jantung selama 48 jam pertama. Ini dilakukan untuk meminimalisir bengkak dan memar. Selain itu, bisa diberikan obat pereda rasa nyeri. Tentu penggunaannya harus sesuai instruksi dokter. Cedera engkel dengan penanganan yang sesuai kebanyakan sembuh antara 2 sampai 6 minggu. Cedera yang berat memerlukan waktu yang lama sekitar 12 minggu dan memerlukan fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan dan koordinasi otot. Tindakan bedah jarang diperlukan. Bila kita mengalami nyeri terus menerus dalam jangka waktu lama atau cedera engkel kambuhan, tindakan bedah mungkin diperlukan. Oleh karena itu, sebaiknya sebelum olahraga kita melakukan pemanasan dan pilih sepatu yang sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.

3.3 Cara Mencegah Terjadinya Cedera
Pencegahan cidera olahraga terbagi dalam tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer dapat berbentuk
a. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
b. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera.
c. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
d. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan
e. Melakukan pemanasan dan pendinginan
f. Memakai alat pelindung yang adekuat.
Untuk mendukung pencegahan primer diatas harus dilakukan:
a) Pemeriksaan sport medis yang mencakup:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan system musculoskeletal secara rinci dan sistematik, seperti pemeriksaan panjang otot, lingkaran otot, lingkup gerak, sendi, tebal lemak, berat badan dll.
b). Penukaran kapasitas fungsional untuk mengukur kemajuan hasil latihan:
1. Master test
2. Astrand test untuk mengukur VO2Max
3. Cycle ergometer
4. Laboraturium
c). Pengawasan cara hidup sehat atlet,yaitu menghindari:
1. Obat-obatan pemanasan
2. Penggunaan obat perangsang
3. Penggunaan alcohol, rokok, dll
d). Perbaikan gizi:
Cukup karbohidrat, protein, lemak mineral dan vitamin.
2. Pencegahan Sekunder
Pengenalan gejala awal cidera dan tindakan cepat dan tepat untuk menghindari cidera sekunder
a. Gejala dini pembebanan pada tendon otot biasanya adalah:
 Nyeri pada pagi hari / bangun tidur.
 Kaku
 Mudah lelah
 Nyeri kontraksi pada otot bersangkutan
 Nyeri regangan
 Nyeri sentuh
 Pengerasan otot
 Pembengkakan ringan
b. Gejala latihan berlebihan:
 Cepat lelah dan kekakuan pada otot
 Keengganan untuk latihan dan bertanding
 Nadi istirahat tinggi dan berdebar
 Nafsu makan terganggu
 Sulit tidur
 Berat badan menurun
 Pusing
 Berkeringat
 Mudah marah/ tersinggung
 Tekanan darah naik
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan cedera agar tidak berulang :
 Penanganan cidera sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
 Diagnosa yang tepat
 Pengobatan yang spesifik mempercepat penyembuhan
Program rehabilitasi agar bagian yang cidera dapat berfungsi seperti semula dan atlet dapat kembali ke lapangan.
Selain itu pencegahan cedera dapat juga dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dan Pendinginan
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot. Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/exercise dan peregangan/stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.
b. Latihan (training)
Perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.
 Endurance training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah.
 Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha “eksplosif” (misal pada lempar lembing ).
 skill training bertujuan untuk meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
c. Sehat jasmani dan rohani.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
d. Mematuhi aturan pertandingan.
Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misal pada pertandingan bela diri.
e. Tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.
Kelainan anatomis misalnya tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang. Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai.Misal sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu.
f. Melakukan 10 prinsip utama “conditioning”
yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.

3.4 Pencegahan Re-cedera
Dari aspek rehabilitasi medik, terdapat beberapa alat fisioterapi yang sering digunakan dalam penanganan cedera atau pencegahan re-cedera
olahraga, yaitu :
a. Terapi dingin (Cryo), untuk menghentikan perdarahan, mencegah pembengkakan.
b. Terapi gelombang suara (Ultrasound), untuk relaksasi otot, mengurangi nyeri.
c. Stimulasi elektrik (TENS), untuk menghilangkan nyeri
d. Terapi panas (Diatermi),untuk relaksasi otot, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
e. Terapi gerak (Exercise),untuk mobilisasi sendi, penguatan otot, meningkatkan koordinasi gerak selain itu juga dapat dilakukan resting/istirahat, compression/pembalutan






















BAB IV
PENUTUP


Kesimpulan
Untuk penanganan cidera sebaiknya sebelum melakukan aktifitas olah raga harus di awali dengan pemanasan terlebih dahulu agar otot-otot dalam tubuh siap untuk bekerja secara maksimal.
Cidera pada olahraga bola futsal paling sering terjadi adalah cidera ankle, dan penanganannya harus melalui metode raice, yaitu: rest (istirahat), ice, compression, dan elevation.

Saran
Berolahraga hendaknya mengetahui segala aspek dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar tidak terjadi cidera dan harus mengerti penanggulangan dan pencegaha jika terjadi cidera.















Daftar Pustaka

Khomsin. (2001).Paradigma Baru Pendidikan Jasmani di Indonesia Dalam Era Reformasi.
Woro oktavia. Eram Tunggal P. 2006. System Tanggap Daruarat. UPT UNNES. Semarang.
http://bramendut.blogspot.com/2010/03/23/futsal.html
http://drdjebrut.wordpress.com/2010/03/23/rice-untuk-cedera-engkel-atau-engkel-keseleo/
http://localhost/D:/Data/Downloads/uny.html

massage Futsal

Tujuan
Dengan uraian dalam makalah ini diharapkan kita bisa mengetahui dan menangani serta memberikan pertolongan pertama apabila kita menemukan ada orang yang mengalami cidera engkel dalam aktifitas khususnya aktifitas olahraga.
Identifikasi masalah
Dalam setiap aktifitas olahraga yang dilakukan pasti tidak akan bisa terlepas dari apa yang disebut cidera. Pada umumnya bentuk-bentuk cidera yang dialami oleh atlet tergantung dari jenis dan karakteristik cabang olahraganya . semisal olahraga yang mengunakan raket maka resiko cidera yang dialami oleh atlet cenderung lebih dominan pada bagian tangan namun tidak menutup kemungkinan cidera dibagian badan yang lain juga mengalaminya seperti pada bagian kaki. Hal tersebut terjadi karena dalam olahraga seluruh bagian badan atau tubuh pasti akan ikut bergerak. Setiap bagian badan yang mendapatkan beban berlebih maka resiko untuk mengalami cidera pasti lebih besar dari bagian badan yang tidak mengalami beban berlebihan.
Adapun pembahasan dalam makalah ini akan difokuskan pada cidera engkel dan rumusan masalah yang diangkat dalam pembahasan ini antara lain apa yang disebut cidera engkel, cidera engkel terjadi diakibatkan karena apa, macam-macam bentuk cidera engkel, Struktur otot dan tulang apa saja yang berhubungan dengan cidera engkel, dalam olahraga apa saja cidera engkel terjadi, bagaimana cara menangani cidera engkel.
Tujuan dari rumusan masalah diatas adalah agar kita mengetahui cidera engkel terjadi disebabkan karena apa, bagian tulang dan otot mana yang mengalami masalah dan beagaimana cara mengatasi cidera tersebut.
Pembahasan

Cedera pergelangan kaki atau yang biasa disebut cidera engkel merupakan cidera akut yang sering dialami oleh para olahragawan. Adapun cidera engkel terjadi ini karena adanya penekanan melakukan gerakan secara tiba-tiba atau beban pada pergelangan kaki terlalu berat yang menyebabkan otot atau tulang yang ada dipergelangan kaki ini tidak sanggup menahan beban itu yang berefek pada retaknya tulang atau robeknya ligament pada persendian pergelangan kaki.
Yang disebut cidera engkel adalah apabila bagian tulang atau otot disekitar pergelangan kaki ini mengalami cidera baik ringan atau berat. Yamg dimaksud terjadi cidera ringan adalah apabila dalam struktur atot atau ligament dibagian engkel ini terjadinya robekan pada calcaneo fibular ligamen, anterior talofibular ligamen, otot tendo Achilles, otot gastroknemius, otot seleus, namun apabila sampai terjadi retak pada tulang tibia atau talus atau sampai terjadi putus pada bagian otot-otot seperti otot tendo atau gastroknemius dan pada ligament maka cidera tersebut tergolong cidera akut.
Cidera engkel bisa terjadi atau dialami hampir pada semua cabang olahraga ini terjadi karena memang bahwa dalam melakukan aktifitas olahraga bagian kaki akan mendapatkan beban yang relative berat hal ini terjadi karena secara anatomis kaki adalah penopang dari beban badan secara keseluruhan. Adapun kalau dilihat dari karakteristik olahraga yang memungkinkan terjadinya cidera engkel lebih besar antara lain olahraga sepakbola, bola voli, bola basket, bulu tangkis, lari gawang, lompat jauh dll. Apabila dilihat dari sebab terjadi cidera maka bisa dibagi menjadi dua faktor. Adapun factor yang pertama adalah disebabkan karena faktor intern atau dari si atletnya sendiri seperti : Adanya kelainan bentuk anatomi pada tubuh seperti kaki flat.
Umur yang sudah terlalu tua dan melakukan olahraga yang tergolong berat.
Melakukan latihan teralalu berat maka resiko terjadinya cidera semakin besar.
Kurang menguasainya teknik sehingga memungkinkan gerakan yang dilakukan salah dan resiko terjadinya cidera meningkat.
 Saat melakukan olahraga tidak dalam kondisi sehat, baik sehat jasmani atau rohani.
 Sedangkan faktor yang kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang mencangkup peralatan atau fasilitas serta lingkungan seperti : Penggunaan sepatu yang tidak sesuai dengan ukuran kaki.
 Tidak memakai alat pelindung seperti decker engkel.
 Lintasan atau lapangan yang tidak memadai seperti terlalu keras atau licin.
 Suhu atau kelembaban lingkunagan.
 Cara penangananya pada cidera engkel pada garis besarnya hampir sama dengan cidera pada umumnya.
Apabila atlet mengalami cidera engkel yang tergolong ringan semisal terjadi robekan atau tarikan pada otot dan ligamen yang tak ada ganngguan fungsi yang diakibatkan maka pertolongan pertama adalah mengunakan metode RICE. Apabila atlet masih mengalami rasa sakit saat melakukan olahraga maka si atlet harus berhenti olahraga dan dibawah ke dokter hal ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya suatu cidera yang lebih parah dan untuk menjaga keselamatan serta masa depan si atlet. Sedangkan apabila sampai terjadi cidera yang tergolong berat semisal mengalami retak pada tulang di sekitar daerah engkel seperti pada tulang talus atau tibia dan otot tendo atau ligamen mengalami putus maka pertolongan pertama adalah menggunakan metode RICE setelah itu atlet atau orang yang mengalami cidera harus dibawah ke dokter untuk ditangani secara intensif. Cara untuk mencegah terjadinya cidera engkel pada khususnya adalah Sebelum melakukan aktifitas olahraga terlebih dahulu diusahakan melakukan pemanasan dan pelemasan pada persendian serta pada otot-otot pada bagian kaki.
Dalam melakukan aktifitas olahraga atlet harus dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
Memakai alat pelindung seperti deecker engkel. Memakai sepatu yang ukuranya sesuai dengan ukuran pada kaki. Berusaha untuk melakukan olahraga atau latihan secara teratur dan terprogram.

Daftar pustaka

Agus dkk, makalah cidera pencak silat, 2008
Intenet, cidera engkel, google, 2008
dr. endang, silabus pencegahan cidera, 2008



FuTSaL
pENGERTIAN fUTSAL adalah permainan bola yang dimainkan oleh 5 pemain dalam 1 timnya dimana tiap anggota tim bertujuan untuk memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan begitunya juga sebaliknya yaitu mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan bola (gol)

iStilah fUtsal pada dasarnya berasal dari Spanyol Football yang dikenal dengan nama fUtbol kemudian dinamakan fUtsal dimana sal berarti ruangtan yang diambil dari bahasa Prancis (sAlon), atau bahasa Spanyol ( sAla )

sEjarah Futsal berasal dari Montevideo ( Ibu kota Uruguay) pada tahun 1930. Juan Carlos Ceriani menyelenggarakan pertandingan sikulit bundar dengan pemain 5 lawan 5 dimainkan di lapangan yang mirip dengan lapangan Basket. tahun 1854 permainan ini sering dimainkan di Canada. pada tahun 1930-an dikembangkan oleh Juan Carlos Ceriani .

pErbEdaAn SePaK Bola dEngan fUtsaL


uraian sEpaK bOla fUtsAl

1. Jumlah pemain 11 5
2. Pemain Cadangan 3 7
3. Pergantian pemaian 3 tak terbatas
4. Lama bermain 2 x 45 menit 2 x 20 menit
5. lemparan ke dalam Lemparan ke dalam tendangan ke dalam
6. Istirahat 15 menit MAX 10 menit MAX
7. Kontak badan diperbolehkan tidak boleh
8. Off side ada tidak ada
9. Goal Kick pakai tendangan pakai lemparan
10. eksekusi menunggu peluit 4 detik MAX
11. Time Out tidak ada 1 x perbabak
12. Pelanggaran tak terbatas lebih 5 kali,
13. Kartu merah Pemain tidak dapat diganti dpt diganti setelah 2mnt


3.3 Cara Mencegah Terjadinya Cedera
Pencegahan cidera olahraga terbagi dalam tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer dapat berbentuk
a. Menentukan kondisi kesehatan secara umum
b. Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera.
c. Berlatih secara teratur, sistematis dan terprogram
d. Mematuhi peraturan permainan dan pertandingan
e. Melakukan pemanasan dan pendinginan
f. Memakai alat pelindung yang adekuat.


Untuk mendukung pencegahan primer diatas harus dilakukan:
a) Pemeriksaan sport medis yang mencakup:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan umum
3. Pemeriksaan system musculoskeletal secara rinci dan sistematik, seperti pemeriksaan panjang otot, lingkaran otot, lingkup gerak, sendi, tebal lemak, berat badan dll.
b). Penukaran kapasitas fungsional untuk mengukur kemajuan hasil latihan:
1. Master test
2. Astrand test untuk mengukur VO2Max
3. Cycle ergometer
4. Laboraturium
c). Pengawasan cara hidup sehat atlet,yaitu menghindari:
1. Obat-obatan pemanasan
2. Penggunaan obat perangsang
3. Penggunaan alcohol, rokok, dll
d). Perbaikan gizi:
Cukup karbohidrat, protein, lemak mineral dan vitamin.
2. Pencegahan Sekunder
Pengenalan gejala awal cidera dan tindakan cepat dan tepat untuk menghindari cidera sekunder
a. Gejala dini pembebanan pada tendon otot biasanya adalah:
 Nyeri pada pagi hari / bangun tidur.
 Kaku
 Mudah lelah
 Nyeri kontraksi pada otot bersangkutan
 Nyeri regangan
 Nyeri sentuh
 Pengerasan otot
 Pembengkakan ringan
b. Gejala latihan berlebihan:
 Cepat lelah dan kekakuan pada otot
 Keengganan untuk latihan dan bertanding
 Nadi istirahat tinggi dan berdebar
 Nafsu makan terganggu
 Sulit tidur
 Berat badan menurun
 Pusing
 Berkeringat
 Mudah marah/ tersinggung
 Tekanan darah naik
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan cedera agar tidak berulang :
 Penanganan cidera sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
 Diagnosa yang tepat
 Pengobatan yang spesifik mempercepat penyembuhan
Program rehabilitasi agar bagian yang cidera dapat berfungsi seperti semula dan atlet dapat kembali ke lapangan.
Selain itu pencegahan cedera dapat juga dilakukan dengan cara :
a. Pemanasan dan Pendinginan
Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot. Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/exercise dan peregangan/stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit.
b. Latihan (training)
Perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram.
 Endurance training adalah latihan yangdilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah.
 Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha “eksplosif” (misal pada lempar lembing ).
 skill training bertujuan untuk meningkatkan katrampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi.
c. Sehat jasmani dan rohani.
Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh.
d. Mematuhi aturan pertandingan.
Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misal pada pertandingan bela diri.
e. Tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri.
Kelainan anatomis misalnya tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang. Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai.Misal sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu.
f. Melakukan 10 prinsip utama “conditioning”
yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas.

G. Pencegahan Re-cedera
Dari aspek rehabilitasi medik, terdapat beberapa alat fisioterapi yang sering digunakan dalam penanganan cedera atau pencegahan re-cedera
olahraga, yaitu :
a. terapi dingin (Cryo), untuk menghentikan perdarahan, mencegah pembengkakan.
b. terapi gelombang suara (Ultrasound), untuk relaksasi otot, mengurangi nyeri.
c.stimulasi elektrik (TENS), untuk menghilangkan nyeri
d. terapi panas (Diatermi),untuk relaksasi otot, meningkatkan dilatasi pembuluh darah
e. terapi gerak (Exercise),untuk mobilisasi sendi, penguatan otot, meningkatkan koordinasi gerak selain itu juga dapat dilakukan resting/istirahat, compression/pembalutan

Massage kebugaran

Grip Dalam Masase Olahraga
Fungsi grip dalam masase olahraga :
1. Eflerase
Berfungsi untuk memberikan rangsangan pada sistem syaraf dan jaringan yang ada di bawah jaringan kulit serta memasok gizi dalam otot dengan cara membantu kerja pembuluh darah vena dan menghangatkan badan.
1. Petrisase
Berfungsi untuk menghancurkan sisa-sisa pembakaran, mengaktifkan metabolisme tubuh dan melemaskan kekakuan dalam jaringan.
1. Walken
Berfungsi untuk memberikan rangsangan pada persyarafan dan jaringan dibawah kulit.
1. Shaking
Berfungsi untuk memudahkan pengaliran atau pertukaran zat dalam otot, pembuluh darah, dan syaraf pada tempatnya masing-masing.
1. Friction
Berfungsi untuk menghancurkan pengerasan-pengerasan dalam jaringan ikat dan otot, mempercepat cairan getah bening, dan mempercepat peredaran darah.
1. Vibartion
Berfungsi untuk merangsang syaraf vegetatif pada alat-alat dalam melalui luar.
1. Tapotement
1. Hacking
gerakan ini dilakukan dengan cepat mulai dari pergelangan, jangan dilakukan pada daerah yang tidak ada tulangnya.
1.
1. Pounding
Menggunakan tepi tangan tetapi dengan tangan agak mengepal.
1.
1. Clapping
Tangan membentuk suatu mangkok seperti menadahi cairan. Gerakan tangan bergantian dengan cepat.
1. Skin Rolling
Berfungsi untuk mempertinggi tonus dan memperbaiki pertukaran zat serta perdaran darh di dalam kulit.
1. Traction
Berfungsi untuk memulihkan stress otot dari kelelahan.
1. Stroking
Berfungsi untuk melemaskan jaringan sehingga sirkulasi darah dan pertukaran zat menjadi lancar dan baik.

Ukuran dan Gambar lapangan Futsal

Ukuran dan Gambar Lapangan Futsal
Ini karena banyaknya tamu yang hadir ke blog saya karena sakhirnya saya menyempatkan diri untuk memindahkan file ini> Dan untuk teman-teman semoga sesuai apa yang teman-teman cari:
Ukuran:
Lapangan Futsal berbentuk persegi panjang, dengan ukuran sebagai berikut:
* Panjang: 25 – 42 m.
* Lebar: 15 – 25 m.
Ukuran standar pertandingan futsal internasional:
* Panjang: 38 – 42 m.
* Lebar: 18 – 25 m.
Tanda Lapangan:
1. Lapangan ditandai dengan garis pembatas lapangan. Garis yang berukuran lebih panjang disebut garis samping (touch line), sedang garis yang lebih pendek adalah garis gawang (goal line).
2. Lebar garis pembatas 8 cm.
3. Lapangan dibagi menjadi dua bagian yang sama luas dan diberi garis. Garis ini disebut garis tengah.
4. Titik tengah ditandai dengan titik tepat di tengah lapangan, lalu garis melingkar dibuat dengan titik pusat di titik tengah tersebut dengan jari-jari lingkaran 3 m.
Area Penalti
Daerah di depan gawang yang ditandai dengan garis setengah lingkaran disebut daerah penalti. Penentuan areal penalti adalah:
• Dibuat dua garis seperempat lingkaran berjari-jari 6 m di dalam lapangan dengan titik pusat setiap tiang gawang.
• Satu ujung tiap garis seperempat lingkaran menempel di garis gawang. Satu ujung yang lainnya tepat berada di depan setiap tiang gawang. Kedua ujung yang berada di depan kedua tiang gawang dihubungkan dengan garis lurus sepanjang 3,16 m sejajar dengan garis gawang. Mengapa harus 3,16 m? Karena 3,16 m ini didapat dari jumlah lebar gawang dan diameter ketebalan dua buah tiang gawang, yang masing-masing diameternya 8 cm.
Titik Penalti Pertama:
Posisinya berjarak 6 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang.
Titik Penalti Kedua:
Posisinya berjarak 10 m dari titik tengah antara kedua tiang gawang.
Daerah Tendangan Sudut
Di setiap masing-masing sudut lapangan dibuat seperempat lingkaran dengan jari-jari 25 cm.
Daerah Bebas
Daerah bebas ini terletak di lima meter sekeliling garis tengah lapangan. Daerah ini harus bebas pandangan ke lapangan, karena di sisi luar daerah bebas ini terdapat meja wasit ketiga dan pencatat waktu. Jarak meja wasit ketiga ini minimal dua meter dari garis tepi lapangan.
Daerah Pergantian Pemain
Lima meter setelah garis daerah bebas adalah daerah pergantian pemain. Daerah ini ditandai dengan garis yang memotong garis samping. Lebar garis ini adalah 8 cm, dan panjangnya 80 cm (40 cm di dalam lapangan, 40 cm di luar lapangan).
Gawang
Gawang harus ditempatkan di bagian tengah masing-masing garis gawang. Lebar gawang adalah 3 m diukur dari bagian dalam tiang. Sedangkan tinggi gawang adalah 2 m diukur dari bagian dalam tiang palang atas gawang ke lantai.
Bentuk penampang tiang yang diperbolehkan adalah kotak dan lingkaran, namun bentuk penampang lingkaran lebih dianjurkan, karena selain relatif lebih aman jika terjadi benturan juga pantulan bola dengan tiang penampang bundar lebih menghasilkan arah yang akurat.
Jaring gawang berbahan nilon, yang diikatkan ke tiang dan palang gawang. Kedalaman gawang adalah 80 cm untuk bagian atas gawang, dan 100 cm untuk bagian bawah.
Permukaan Lapangan
Permukaan lapangan harus halus, rata dan tidak licin. Bahan yang disarankan adalah kayu / parkit. Sangat tidak disarankan menggunakan bahan beton dan paving stone. Pemilihan bahan permukaan lapangan ini bertujuan mengutamakan keselamatan pemain futsal.
Ketetapan:
1. Jika garis gawang antara 15-16 m, radius seperempat lingkaran hanya diukur sebesar 4 m. Dalam hal ini titik penalti tidak lagi ditempatkan pada garis yang dibatasi daerah penalti, tapi berada pada jarak 6 m dari titik tengah antara posisi kedua tiang gawang.
2. Garis dapat digambarkan di luat lapangan, 5 m dari sudut lapangan dan pada sudut kanan dan kiri dari garis gawang untuk memastikan jarak ini dapat diamati bila tendangan sudut dilakukan. Lebar garis ini 8 cm.
3. Dua garis tambahan dengan masing-masing jarak 5 m pada kanan dan kiri titik penalti kedua untuk menggambarkan jarak pengamatan ketika tendangan bebas dilakukan dari titik penalti kedua.
4. Tempat duduk pemain cadangan berada di belakang garis pembatas lapangan, tepat di samping daerah bebas yang berada di depan meja pencatat waktu (time keeper).

Isotonik Alami

Kelapa muda, atau Degan, memang enak. Airnya segar, buahnya juga lezat. Tak heran, kelapa muda menjadi favorit untuk minuman kesegaran. Di dalamnya terkandung zat gizi, vitamin, dan mineral. Bahkan ada yang mengatakan bahwa komposisinya mirip dengan cairan infus. S
Manfaat air kelapa muda juga beragam, dari yang mitos dan belum dibuktikan sampai yang ilmiah. Air kelapa muda dipercaya meningkatkan kandungan hormon reproduksi. Air ini juga bisa menjadi penawar orang yang terkena racun/ alergi. Dan juga sebagai cairan pengganti cairan tubuh.
Apa zat yang terkandung dalam air kelapa muda? Sebagai sumber tenaga, mengandung glukosa. Sebagai sumber zat pembangun, terdapat protein. Paling tidak, air kelapa mengandung 12 macam protein. Beberapa diantaranya adalah alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, histidin, fenilalanin, tirosin.
Selain itu, air kelapa juga kaya dengan mineral seperti natrium, kalium, kalsium, magnesium, besi, dan tembaga. Tidak ketinggalan vitamin. Ada vitamin C dan 7 macam vitamin B yaitu nikotinik, asam pantotenat, biotin, riboflavin (B2), asam folat, tiamin (B1), dan piridoksin (B6).
Kandungan elektrolit dan glukosa dalam air kelapa muda bersifat isotonik sehingga sangat baik diminum sebagai cairan rehidrasi pengganti cairan yang hilang karena berbagai penyebab. Komposisi air kelapa muda adalah gula sebanyak 4,4%, natrium 42 mg%, kalium 290 mg%, kalsium 44 mg%, magnesium 10 mg%, besi 106 mg%, dan tembaga 26 mg%.
Selain glukosa dan elektrolit, air kelapa muda juga mengandung vitamin dan protein yang sangat diperlukan oleh tubuh. Protein merupakan komponen penyusun membran sel dan organel, berfungsi dalam pembentukan jaringan, enzim dan hormon, dan cadangan energi. Terdapat 12 jenis protein penting yang terdapat di dalam air kelapa muda antara lain alanin, arginin, asam aspartat, asam glutamat, histidin, fenilalanin, tirosin, dan lain-lain.
Jenis vitamin yang terdapat dalam air kelapa muda adalah golongan vitamin B, yang merupakan koenzim dalam metabolisme sumber energi baik karbohidrat, lemak, maupun protein, dan pembentukan sel. Terdapat 7 jenis vitamin B yang terdapat dalam air kelapa muda yaitu asam nikotinik, asam pantotenat, biotin, riboflavin (B2), asam folat, tiamin (B1), dan piridoksin (B6). Kandungan glukosa, elektrolit, vitamin, dan protein menyebabkan air kelapa bukan saja berfungsi sebagai pengganti air tetapi juga sebagai sumber energi dan untuk mempercepat fase pemulihan.
Dibandingkan dengan sport drink, air kelapa muda memiliki beberapa kelebihan. Hasil penelitian membuktikan air kelapa muda memiliki Indeks Rehidrasi (indikator banyaknya cairan rehidrasi yang diberikan yang dipergunakan tubuh) lebih baik dibandingkan dengan air biasa dan minuman elektrolit buatan. Indeks Rehidrasi lebih tinggi berarti air kelapa muda lebih efektif dan lebih cepat memperbaiki dehidrasi. Kelebihan lain adalah memiliki rasa lebih lezat dan mudah ditoleransi lambung sehingga air kelapa muda dapat diminum dalam jumlah cukup banyak.
Tak heran, Food and Agriculture Organization (FAO), badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi pangan merekomendasikan air kelapa muda sebagai cairan rehidrasi alami dan minuman berenergi cocok bagi siapa saja terutama atlet dan mereka yang memiliki aktivitas cukup tinggi. FAO menganjurkan agar air kelapa muda dipatenkan dan dipasarkan dalam kemasan tanpa mengurangi rasanya yang lezat, kandungan elektrolit, glukosa, protein dan vitamin.
Yang terbiasa dengan minuman isotonik, yang beberapa produk terbukti menggunakan bahan pengawet. Ganti saja dengan air kelapa muda. Segar, alami, dan lebih sehat.
Tabel 2. Komposisi zat gizi daging buah per 100 gram.
Zat gizi Buah
Muda Setengah tua Tua
Kalori (K) 68,0 180,0 359,0
Protein (gram) 1,0 4,0 3,4
Lemak (gram) 0,9 13,0 34,7
Karbohidrat (gram) 14,0 10,0 14,0
Kalsium (mg) 17,0 8,0 21,0
Fosfor (mg) 30,0 35,0 21,0
Besi (mg) 1,0 1,3 2,0
Vitamin A (SI) 0,0 10,0 0,0
Vitamin B-1 (mg) 0,0 0,5 0,1
Vitamin C (mg) 4,0 4,0 2,0
Air (gram) 83,3 70,0 46,9
Bagian yang dapat dimakan 53,0 53,0 53,0
Air kelapa. Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan
beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah.
Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai asam amino
bebas. Pada tabel 3 dapat dilihat kandungan zat air buah kelapa tua dan muda.
Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masing
sebanyak 300 dan 230 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam
(5,6)..TTG PENGOLAHAN PANGAN
3
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Gedung II BPP Teknologi Lantai 6, Jl. M.H. Thamrin 8 Jakarta 10340
Tel. 021 316 9166~69, Fax. 021 316 1952, http://www.ristek.go.id
Air kelapa dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba, misalnya
Acetobacter xylinum untuk produksi nata de coco.
Tabel 3. Kandungan zat gizi air kelapa tua dan muda per 100 gram
Zat gizi Air kelapa
Muda Tua
Kalori (K) 17,0 –
Protein (gram) 0,20 0,14
Lemak (gram) 1,00 1,50
Karbohidrat (gram) 3,80 4,60
Kalsium (mg) 15,00 –
Fosfor (mg) 8,00 0,50
Besi (mg) 0,20 –
Vitamin C (mg) 1,00 –
Air (gram) 95,50 91,50